Selasa, 29 Maret 2011

Beberapa Pengertian dan Konsep Tentang Pengawasan

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results.

Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. The process of ensuring that actual activities conform the planned activities.

Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan”. Sedangkan menurut Basu Swasta “Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”.

Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual, rencana, dan kegiatan awal. Pengawasan diperlukan untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan bahwa pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai:

“pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.”
atau
“suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.”

Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai
“proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.”

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;
b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.”

Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”

4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

Kamis, 24 Maret 2011

Mengenal Seluk-Beluk Manajemen Pengawasan (Controling)

Definisi pengawasan:
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, perancangan sistem informasi umpan balik, pembandingan kegiatan nyata dengan standar, penentuan dan pengukuran deviasi-deviasi dan pengambilan tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.

Pengendalian / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat variable / unsur ( manusia, peralatan, mesin, organisasi ) ke arah tercapainya suatu tujuan atau sasaran manajemen. Pengendalian dan pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah digariskan atau ditetapkan. Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans”.

Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu :
(a) penetapan standar pelaksanaan;
(b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
(c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
(d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan
(e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Fungsi Pengawasan:
Yaitu suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah dilakukan, menilai dan mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula.

TAHAPAN-TAHAPAN PROSES PENGAWASAN

1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu

2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat

3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.

4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.

5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.

BENTUK-BENTUK PENGAWASAN

1. Pengawasan Pendahulu (feedforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.

2. Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.

3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

METODE-METODE PENGAWASAN

Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif

a. Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan adalah:
1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
4) Evaluasi pelaksanaan. Evaluasi terhadap segala pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
5) Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
6) Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.

b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:

1) Anggaran
- anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas
- anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting ( HRA )

2) Audit
- Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
- Ekternal Audit
Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.

3) Analisis break-even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.

4) Analisis rasio
Menyankut dua jenis perbandingan
1. Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
2. Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis

5) Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti :
1. Bagan Ganti
Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan waktu disumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
2. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)
Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek – proyek yang bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.

Syarat-syarat untuk menjalankan pengawasan yang baik, yakni :
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard yang digunakan.
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.

Agar pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik, maka pengawasan harus:
• Ekonomis
• Mudah dimengerti
• Adanya tindakan koreksi
• Melaporkan penyimpangan yang mungkin terjadi

Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah :
a. untuk menjadikan pelaksanaan dan hasil kegiatan sesuai dengan rencana dan tujuan.
b. Untuk memecahkan masalah
c. Untuk mengurangui resiko kegagalan suatu rencana
d. Untuk membuat perubahan – perubahan maupun perbaikan – perbaikan.
e. Untuk mengetahui kelemahan – kelemahan pelaksaannya

PELAKU ATAU PELAKSANA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pengawasan dan Pengendalian dilakukan oleh :
a. Pihak manajemen pada masing – masing fungsi organisasi.
b. Pihak luar manajemen ( Auditor )

Jenis-Jenis Pengawasan
Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari 3 segi
a. Waktu
b. Obyek
c. Subyek

a. Pengawasan dari segi waktu
Pengawasan dari segi waktu dapat dilakukan secara preventif dan secara reprensif. Alat yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan budget, sedangkan pengawasan secara repensif alat budget dan laporan.

b. Pengawasan dilihat dari segi obyektif
Pengawasan dari segi obyektif ialah pengawasan terhadap produksi dan sebagainya. Ada juga yang mengatakan karyawan daru segi obyek merupakan pengawasan secara administratif dan pengawasa operatif. Contoh pengawasan administratif ialah pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan order dan pengawasan kebijaksanaan.

c. Pengawasan dari segi subyek
Pengawasan dari segi subyek terdiri dari pengawasan intern dan pengawasan ekstern.
Pengawasan Intern

Pengawasan intern dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian pengawasan perusahaan (internal auditor). Laporan tertulis dari bawahan kepada atasan pada umumnya terdiri dari :
a. Laporan harian
b. Laporan mingguan
c. Laporan Bulanan
d. Laporan khusus
e. Laporan harian

Pengawasan Ekstern
Pengawasan ekstren dilakukan oleh akuntan publict (certified public accountant). publikasi laporan neraca dan rugi laba yang menyebabkan jalannya perusahaan wajibdi periksa oleh akuntan publik.

Adapun pemeriksaan yang umum dilakukan oleh akuntan publik dapat dibagi jadi 4 golongan
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum atau general audit adalah pemeriksaan rutin tentang kebenaran data administrasi perusahaan.

b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus atau spesical anfestigation adalah suatu pemeriksaan khusus yang yang ditugaskan kepada akuntan public.

c. Pemeriksaan Neraca
Pemeriksaan neraca dikenal juga drngan balance sheet audit artinya suatu pemeriksaan khusus terhadap neraca perusahaan.

d. Pemeriksaan sempurna
Suatu pemeriksaan semputna (detail audit) berhubungan erat dengan pemeriksaan khusus.

Perancangan Proses Pengawasan
William H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan, dimana dikemukakan lima jenis pendekatan, yaitu :
1. Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan :
a. pengukuran input
b. hasil pada tahap awal
c. gejala yang dihadapi
d. kondisi perubahan yang diasumsikan
3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan diganti

Jumat, 18 Maret 2011

Pengertian Pengawasan Dalam Organisasi

Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, yang oleh Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa: “… the modern concept of control … provides a historical record of what has happened … and provides date the enable the … executive … to take corrective steps …”. Hal ini berarti bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. More (dalam Winardi, 2000:226) menyatakan bahwa: “… there’s many a slip between giving works, assignments to men and carrying them out. Get reports of what is being done, compare it with what ought to be done, and do something about it if the two aren’t the same”.

Dengan demikian pengawasan pada hakekatnya merupakan tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan (das sein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen). Hal ini disebabkan karena antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka tugas pengawasan adalah melakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan tersebut.

Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

Pengertian tentang pengawasan sangat beragam dan banyak sekali pendapat para ahli yang mengemukakannya, namun demikian pada prinsipnya kesemua pendapat yang dikemukan oleh para ahli adalah sama, yaitu merupakan tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan (das sein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen), yang dilakukan dalam rangka melakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan manajemen. Berikut beberapa pengertian tentang pengawasan dari para ahli:

Mockler (dalam Certo dan Certo, 2006:480) menyebutkan pengawasan sebagai : Controlling is a systematic effort by business management to compare performance to predetermined standard, plans, or objectives to determine whether performance is in line with theses standards and presumably to take any remedial action required to see that human and other corporate resources are being used in the most effective and efficient way possible in achieving corporate objectives.

Konsep pengawasan dari Mockler di atas, menekankan pada tiga hal, yaitu (1) harus adanya rencana, standard atau tujuan sebagai tolak ukur yang ingin dicapai, (2) adanya proses pelaksanaan kerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) adanya usaha membandingkan mengenai apa yang telah dicapai dengan standard, rencana, atau tujuan yang telah ditetapkan, dan (4) melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian konsep pengawasan dari Mockler ini terlihat bahwa ada kegiatan yang perlu direncanakan dengan tolak ukur berupa kriteria, norma-norma dan standar, kemudian dibandingkan, mana yang membutuhkan koreksi ataupun perbaikan-perbaikan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) yang mengatakan bahwa: Pada pokoknya controlling atau pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sementara Mockler (dikutip Stoner & Freeman dalam Wilhelmus dan Molan 1994:241) mengatakan bahwa: Pengendalian adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan standard kinerja dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan?balik informasi, membandingkan kinerja sesungguhnya dengan standard yang terlebih dahulu ditetapkan itu, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan tengah digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran perusahaan.

Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah: “Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.” Ciri terpenting dari konsep yang dikemukan oleh Siagian ini adalah bahwa pengawasan hanya dapat diterapkan bagi pekerjaan-pekerjaan yang sedang berjalan dan tidak dapat diterapkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan.

Terry (dalam Winardi, 1986:395) juga berpendapat tentang pengertian pengawasan ini, ia mengatakan bahwa: Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Jadi pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

Koontz, et. al. (dalam Hutauruk, 1986:195) menyatakan bahwa: “Pengendalian adalah mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi di semua tingkat dan rencana yang didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan”.

Sujamto (dikutip Silalahi, 2002:177) lebih tegas mengatakan: Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku.

Sementara Lembaga Administrasi Negara (1996:159) mengungkapkan bahwa: Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku. Pengawasan sebagai fungsi manajemen sepenuhnya adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat mana pun. Hakikat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

Berdasarkan pendapat dari LAN di atas, tampak bahwa subjek yang melakukan pengawasan adalah pimpinan. Hal senada juga ditegaskan oleh Koontz, et. al. (dalam Hutauruk, 1986:195) bahwa :”Fungsi pengendalian harus dilaksanakan oleh tiap-tiap manajer, mulai dari direktur sampai pengawas”.

Sementara Sarwoto (dalam Febriani, 2005:12) mengatakan bahwa: ”Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki”. Dari pendapat Sarwoto ini secara implisit dapat terlihat tujuan dari pengawasan yaitu mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana. Seluruh pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan dan bukan pekerjaan-pekerjaan yang telah selesai dikerjakan.

Berkaitan dengan arti pengawasan sebagai suatu proses seperti diungkapkan oleh LAN di atas, Soekarno (dalam Situmorang dan Juhir, 1994:20) menyatakan bahwa: “Pengawasan adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang dikerjakan sejalan dengan rencana”. Certo (dalam Maman Ukas, 2004:337) mengatakan bahwa : “Controlling is the process managers go trough to control”. Sementara Maman Ukas (2004:337) menyatakan bahwa:

Pengawasan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan pekerjaan sehingga apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Hal senada dikemukakan oleh Manullang (1977:136) bahwa: “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”. Pada hakekatnya, pandangan Manullang di atas juga menekankan bahwa pengawasan merupakan suatu proses dimana pekerjaan itu telah dilaksanakan kemudian diadakan penilaian apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan ataukah terjadi penyimpangan-penyimpangan, dan tidak hanya sampai pada penemuan penyimpangan tetapi juga bagaimana mengambil langkah-langkah perubahan dan perbaikan sehingga organisasi tetap dalam kondisi yang sehat.

Bertitik tolak dari pengertian para ahli tentang pengawasan sebagai mana diungkapkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah sebagai suatu proses kegiatan pimpinan yang sistematis untuk membandingkan (memastikan dan menjamin) bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan standard, rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan, guna pemanfaatan manusia dan sumber daya lain yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan

Sumber : http://sambasalim.com/

Senin, 14 Maret 2011

About Marketing Plan

The information for this article was derived from many sources, including Michael Porter's book Competitive Advantage and the works of Philip Kotler. Concepts addressed include 'generic' strategies and strategies for pricing, distribution, promotion, advertising and market segmentation. Factors such as market penetration, market share, profit margins, budgets, financial analysis, capital investment, government actions, demographic changes, emerging technology and cultural trends are also addressed.

There are two major components to your marketing strategy:

* how your enterprise will address the competitive marketplace
* how you will implement and support your day to day operations.

In today's very competitive marketplace a strategy that insures a consistent approach to offering your product or service in a way that will outsell the competition is critical. However, in concert with defining the marketing strategy you must also have a well defined methodology for the day to day process of implementing it. It is of little value to have a strategy if you lack either the resources or the expertise to implement it.

In the process of creating a marketing strategy you must consider many factors. Of those many factors, some are more important than others. Because each strategy must address some unique considerations, it is not reasonable to identify 'every' important factor at a generic level. However, many are common to all marketing strategies. Some of the more critical are described below.

You begin the creation of your strategy by deciding what the overall objective of your enterprise should be. In general this falls into one of four categories:

* If the market is very attractive and your enterprise is one of the strongest in the industry you will want to invest your best resources in support of your offering.
* If the market is very attractive but your enterprise is one of the weaker ones in the industry you must concentrate on strengthening the enterprise, using your offering as a stepping stone toward this objective.
* If the market is not especially attractive, but your enterprise is one of the strongest in the industry then an effective marketing and sales effort for your offering will be good for generating near term profits.
* If the market is not especially attractive and your enterprise is one of the weaker ones in the industry you should promote this offering only if it supports a more profitable part of your business (for instance, if this segment completes a product line range) or if it absorbs some of the overhead costs of a more profitable segment. Otherwise, you should determine the most cost effective way to divest your enterprise of this offering.

Having selected the direction most beneficial for the overall interests of the enterprise, the next step is to choose a strategy for the offering that will be most effective in the market. This means choosing one of the following 'generic' strategies (first described by Michael Porter in his work, Competitive Advantage).

* A COST LEADERSHIP STRATEGY is based on the concept that you can produce and market a good quality product or service at a lower cost than your competitors. These low costs should translate to profit margins that are higher than the industry average. Some of the conditions that should exist to support a cost leadership strategy include an on-going availability of operating capital, good process engineering skills, close management of labor, products designed for ease of manufacturing and low cost distribution.
* A DIFFERENTIATION STRATEGY is one of creating a product or service that is perceived as being unique "throughout the industry". The emphasis can be on brand image, proprietary technology, special features, superior service, a strong distributor network or other aspects that might be specific to your industry. This uniqueness should also translate to profit margins that are higher than the industry average. In addition, some of the conditions that should exist to support a differentiation strategy include strong marketing abilities, effective product engineering, creative personnel, the ability to perform basic research and a good reputation.
* A FOCUS STRATEGY may be the most sophisticated of the generic strategies, in that it is a more 'intense' form of either the cost leadership or differentiation strategy. It is designed to address a "focused" segment of the marketplace, product form or cost management process and is usually employed when it isn't appropriate to attempt an 'across the board' application of cost leadership or differentiation. It is based on the concept of serving a particular target in such an exceptional manner, that others cannot compete. Usually this means addressing a substantially smaller market segment than others in the industry, but because of minimal competition, profit margins can be very high.

Pricing
Having defined the overall offering objective and selecting the generic strategy you must then decide on a variety of closely related operational strategies. One of these is how you will price the offering. A pricing strategy is mostly influenced by your requirement for net income and your objectives for long term market control. There are three basic strategies you can consider.

* A SKIMMING STRATEGY
If your offering has enough differentiation to justify a high price and you desire quick cash and have minimal desires for significant market penetration and control, then you set your prices very high.
* A MARKET PENETRATION STRATEGY
If near term income is not so critical and rapid market penetration for eventual market control is desired, then you set your prices very low.
* A COMPARABLE PRICING STRATEGY
If you are not the market leader in your industry then the leaders will most likely have created a 'price expectation' in the minds of the marketplace. In this case you can price your offering comparably to those of your competitors.

Promotion
To sell an offering you must effectively promote and advertise it. There are two basic promotion strategies, PUSH and PULL.

* The PUSH STRATEGY maximizes the use of all available channels of distribution to "push" the offering into the marketplace. This usually requires generous discounts to achieve the objective of giving the channels incentive to promote the offering, thus minimizing your need for advertising.
* The PULL STRATEGY requires direct interface with the end user of the offering. Use of channels of distribution is minimized during the first stages of promotion and a major commitment to advertising is required. The objective is to "pull" the prospects into the various channel outlets creating a demand the channels cannot ignore.

There are many strategies for advertising an offering. Some of these include:

* Product Comparison advertising
In a market where your offering is one of several providing similar capabilities, if your offering stacks up well when comparing features then a product comparison ad can be beneficial.
* Product Benefits advertising
When you want to promote your offering without comparison to competitors, the product benefits ad is the correct approach. This is especially beneficial when you have introduced a new approach to solving a user need and comparison to the old approaches is inappropriate.
* Product Family advertising
If your offering is part of a group or family of offerings that can be of benefit to the customer as a set, then the product family ad can be of benefit.
* Corporate advertising
When you have a variety of offerings and your audience is fairly broad, it is often beneficial to promote your enterprise identity rather than a specific offering.

Distribution
You must also select the distribution method(s) you will use to get the offering into the hands of the customer. These include:

* On-premise Sales involves the sale of your offering using a field sales organization that visits the prospect's facilities to make the sale.
* Direct Sales involves the sale of your offering using a direct, in-house sales organization that does all selling through the Internet, telephone or mail order contact.
* Wholesale Sales involves the sale of your offering using intermediaries or "middle-men" to distribute your product or service to the retailers.
* Self-service Retail Sales involves the sale of your offering using self service retail methods of distribution.
* Full-service Retail Sales involves the sale of your offering through a full service retail distribution channel.

Of course, making a decision about pricing, promotion and distribution is heavily influenced by some key factors in the industry and marketplace. These factors should be analyzed initially to create the strategy and then regularly monitored for changes. If any of them change substantially the strategy should be reevaluated.

The Environment
Environmental factors positively or negatively impact the industry and the market growth potential of your product/service. Factors to consider include:

* Government actions - Government actions (current or under consideration) can support or detract from your strategy. Consider subsidies, safety, efficacy and operational regulations, licensing requirements, materials access restrictions and price controls.
* Demographic changes - Anticipated demographic changes may support or negatively impact the growth potential of your industry and market. This includes factors such as education, age, income and geographic location.
* Emerging technology - Technological changes that are occurring may or may not favor the actions of your enterprise.
* Cultural trends - Cultural changes such as fashion trends and life style trends may or may not support your offering's penetration of the market

The Prospect
It is essential to understand the market segment(s) as defined by the prospect characteristics you have selected as the target for your offering. Factors to consider include:

* The potential for market penetration involves whether you are selling to past customers or a new prospect, how aware the prospects are of what you are offering, competition, growth rate of the industry and demographics.
* The prospect's willingness to pay higher price because your offering provides a better solution to their problem.
* The amount of time it will take the prospect to make a purchase decision is affected by the prospects confidence in your offering, the number and quality of competitive offerings, the number of people involved in the decision, the urgency of the need for your offering and the risk involved in making the purchase decision.
* The prospect's willingness to pay for product value is determined by their knowledge of competitive pricing, their ability to pay and their need for characteristics such as quality, durability, reliability, ease of use, uniformity and dependability.
* Likelihood of adoption by the prospect is based on the criticality of the prospect's need, their attitude about change, the significance of the benefits, barriers that exist to incorporating the offering into daily usage and the credibility of the offering.

The Product/Service
You should be thoroughly familiar with the factors that establish products/services as strong contenders in the marketplace. Factors to consider include:

* Whether some or all of the technology for the offering is proprietary to the enterprise.
* The benefits the prospect will derive from use of the offering.
* The extent to which the offering is differentiated from the competition.
* The extent to which common introduction problems can be avoided such as lack of adherence to industry standards, unavailability of materials, poor quality control, regulatory problems and the inability to explain the benefits of the offering to the prospect.
* The potential for product obsolescence as affected by the enterprise's commitment to product development, the product's proximity to physical limits, the ongoing potential for product improvements, the ability of the enterprise to react to technological change and the likelihood of substitute solutions to the prospect's needs.
* Impact on customer's business as measured by costs of trying out your offering, how quickly the customer can realize a return from their investment in your offering, how disruptive the introduction of your offering is to the customer's operations and the costs to switch to your offering.
* The complexity of your offering as measured by the existence of standard interfaces, difficulty of installation, number of options, requirement for support devices, training and technical support and the requirement for complementary product interface.

The Competition
It is essential to know who the competition is and to understand their strengths and weaknesses. Factors to consider include:

* Each of your competitor's experience, staying power, market position, strength, predictability and freedom to abandon the market must be evaluated.

Your Enterprise
An honest appraisal of the strength of your enterprise is a critical factor in the development of your strategy. Factors to consider include:

* Enterprise capacity to be leader in low-cost production considering cost control infrastructure, cost of materials, economies of scale, management skills, availability of personnel and compatibility of manufacturing resources with offering requirements.
* The enterprise's ability to construct entry barriers to competition such as the creation of high switching costs, gaining substantial benefit from economies of scale, exclusive access to or clogging of distribution channels and the ability to clearly differentiate your offering from the competition.
* The enterprise's ability to sustain its market position is determined by the potential for competitive imitation, resistance to inflation, ability to maintain high prices, the potential for product obsolescence and the 'learning curve' faced by the prospect.
* The prominence of the enterprise.
* The competence of the management team.
* The adequacy of the enterprise's infrastructure in terms of organization, recruiting capabilities, employee benefit programs, customer support facilities and logistical capabilities.
* The freedom of the enterprise to make critical business decisions without undue influence from distributors, suppliers, unions, creditors, investors and other outside influences.
* Freedom from having to deal with legal problems.

Development
A review of the strength and viability of the product/service development program will heavily influence the direction of your strategy. Factors to consider include:

* The strength of the development manager including experience with personnel management, current and new technologies, complex projects and the equipment and tools used by the development personnel.
* Personnel who understand the relevant technologies and are able to perform the tasks necessary to meet the development objectives.
* Adequacy and appropriateness of the development tools and equipment.
* The necessary funding to achieve the development objectives.
* Design specifications that are manageable.

Production
You should review your enterprise's production organization with respect to their ability to cost effectively produce products/services. The following factors are considered:

* The strength of production manager including experience with personnel management, current and new technologies, complex projects and the equipment and tools used by the manufacturing personnel.
* Economies of scale allowing the sharing of operations, sharing of production and the potential for vertical integration.
* Technology and production experience
* The necessary production personnel skill level and/or the enterprise's ability to hire or train qualified personnel.
* The ability of the enterprise to limit suppliers bargaining power.
* The ability of the enterprise to control the quality of raw materials and production.
* Adequate access to raw materials and sub-assembly production.

Marketing/Sales
The marketing and sales organization is analyzed for its strengths and current activities. Factors to consider include:

* Experience of Marketing/Sales manager including contacts in the industry (prospects, distribution channels, media), familiarity with advertising and promotion, personal selling capabilities, general management skills and a history of profit and loss responsibilities.
* The ability to generate good publicity as measured by past successes, contacts in the press, quality of promotional literature and market education capabilities.
* Sales promotion techniques such as trade allowances, special pricing and contests.
* The effectiveness of your distribution channels as measured by history of relations, the extent of channel utilization, financial stability, reputation, access to prospects and familiarity with your offering.
* Advertising capabilities including media relationships, advertising budget, past experience, how easily the offering can be advertised and commitment to advertising.
* Sales capabilities including availability of personnel, quality of personnel, location of sales outlets, ability to generate sales leads, relationship with distributors, ability to demonstrate the benefits of the offering and necessary sales support capabilities.
* The appropriateness of the pricing of your offering as it relates to competition, price sensitivity of the prospect, prospect's familiarity with the offering and the current market life cycle stage.

Customer Services
The strength of the customer service function has a strong influence on long term market success. Factors to consider include:

* Experience of the Customer Service manager in the areas of similar offerings and customers, quality control, technical support, product documentation, sales and marketing.
* The availability of technical support to service your offering after it is purchased.
* One or more factors that causes your customer support to stand out as unique in the eyes of the customer.
* Accessibility of service outlets for the customer.
* The reputation of the enterprise for customer service.

Conclusion
After defining your strategy you must use the information you have gathered to determine whether this strategy will achieve the objective of making your enterprise competitive in the marketplace. Two of the most important assessments are described below.

Cost To Enter Market
This is an analysis of the factors that will influence your costs to achieve significant market penetration. Factors to consider include:

* Your marketing strength.
* Access to low cost materials and effective production.
* The experience of your enterprise.
* The complexity of introduction problems such as lack of adherence to industry standards, unavailability of materials, poor quality control, regulatory problems and the inability to explain the benefits of the offering to the prospect.
* The effectiveness of the enterprise infrastructure in terms of organization, recruiting capabilities, employee benefit programs, customer support facilities and logistical capabilities.
* Distribution effectiveness as measured by history of relations, the extent of channel utilization, financial stability, reputation, access to prospects and familiarity with your offering.
* Technological efforts likely to be successful as measured by the strength of the development organization.
* The availability of adequate operating capital.

Profit Potential
This is an analysis of the factors that could influence the potential for generating and maintaining profits over an extended period. Factors to consider include:

* Potential for competitive retaliation is based on the competitors resources, commitment to the industry, cash position and predictability as well as the status of the market.
* The enterprise's ability to construct entry barriers to competition such as the creation of high switching costs, gaining substantial benefit from economies of scale, exclusive access to or clogging of distribution channels and the ability to clearly differentiate your offering from the competition.
* The intensity of competitive rivalry as measured by the size and number of competitors, limitations on exiting the market, differentiation between offerings and the rapidity of market growth.
* The ability of the enterprise to limit suppliers bargaining power.
* The enterprise's ability to sustain its market position is determined by the potential for competitive imitation, resistance to inflation, ability to maintain high prices, the potential for product obsolescence and the 'learning curve' faced by the prospect.
* The availability of substitute solutions to the prospect's need.
* The prospect's bargaining power as measured by the ease of switching to an alternative, the cost to look at alternatives, the cost of the offering, the differentiation between your offering and the competition and the degree of the prospect's need.
* Market potential for new products considering market growth, prospect's need for your offering, the benefits of the offering, the number of barriers to immediate use, the credibility of the offering and the impact on the customer's daily operations.
* The freedom of the enterprise to make critical business decisions without undue influence from distributors, suppliers, unions, investors and other outside influences.

http://www.businessplans.org/market.html

Kamis, 10 Maret 2011

Percaya Diri = Syukur

Sahabat, pernahkah kita perhatikan orang yang selalu percaya diri kehidupannya selalu bahagia dibandingkan orang yang selalu mengeluh?

Percaya diri merupakan salah satu kunci untuk meraih kesuksesan dan interpretasi dari rasa syukur terhadap apa yang dimiliki. Meski (misalnya seseorang) memiliki tubuh yang kecil, namun ia sadar bahwa itu adalah pemberian Tuhan yang pasti suatu hal yang terbaik bagi dirinya. Ia tidak menganggap tubuh kecil itu sebagai sesuatu yang buruk namun sebagai sesuatu yang terbaik yang menimbulkan rasa kepercayaan terhadap diri sendiri.

Sahabat yang hebat, Tuhan sangat menyukai orang yang pandai bersyukur, sehingga Beliau akan memanjakan siapapun yang bersyukur dengan melipatgandakan nikmatnya. Inilah yang mendasari kenapa orang yang percaya diri akan selalu dilimpahkan kebahagiaan.

Seorang yang percaya diri akan selalu melihat nilai positf dari tiap kejadian sebagai motivasi untuk bahagia, meskipun nilai positif itu diapit oleh nilai-nilai negatif yang lebih banyak.

Maka, ketika orang yang percaya diri penuh rasa syukur kepada Tuhan ini berdoa, Tuhan akan senantiasa mengabulkannya, karena Tuhan sesuai dengan prasangka hambaNya. Apabila dalam berdoa disertai keyakinan yang kuat bahwa Tuhan akan mengabulkan maka Tuhan pun senantiasa mengabulkanya. Sebaliknya apabila berdoa sambil mengeluh, berputus asa, bahkan mengancam maka Tuhan akan enggan untuk mengabulkannya.

Dengan kepercayaan terhadap diri sendiri yang kuat, maka potensi dalam diripun akan mudah sekali dikeluarkan. Ia akan berbicara tanpa beban yang tidak pantas menjadi beban, ia bertindak dengan penuh semangat.. dan akhirnya orang lain akan memberikan kepercayaan kepada orang ini.

Nah, sekarang perhatikan orang yang selalu mengeluh! Perhatikan dari ke hari apa yang dia bicarakan! Tidak lain dan tidak bukan hanya mengenai sesuatu yang negatif saja, yang ada dalam perhatiannya adalah segala sesuatu tentang ketidak beresan dalam kehidupan. Meski Tuhan memberikan sejuta kebaikan dalam hidup, tetap saja ia memperhatikan satu hal yang kurang bagi dirinya.

Apa alasan Tuhan tidak marah terhadap orang yang ingkar nikmat? Apabila ia diberikan kesehatan dan tubuh yang baik, ia tidak menganggapnya sebagai suatu kebaikan. Melainkan ia lebih memperhatikan kondisi rumah yang masih sederhana dan serba kekurangan. Kehidupannya dipenuhi oleh pikiran negatif saja. Dan Tuhanpun akan memberikan ia hukuman karena tidak mengerti bagaimana cara berterima kasih.

Sahabat yang hebat, dalam dunia ini, selalu ada pilihan. Apakah kita akan menjadi pribadi yang percaya diri ataukah pribadi yang minder yang selalu mengeluh tentang nikmat yang sedikit? Jika kita seorang bos di perusahaan, karyawan mana yang akan kita pilih untuk bekerja di posisi yang penting, yang percaya diri atau suka mengeluh? Jika kita seorang pengusaha, partner mana yang akan kita pilih, yang penuh percaya diri atau yang kerap kali mengeluh?

Jika harus memilih, maka pilihlah yang baik-baik. Karena kebaikan adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan kebaikan kita di masa depan.

Sumber : http://www.andriewongso.com

Sabtu, 05 Maret 2011

6 Bisnis Paling Menjanjikan di 2011

Baru-baru ini, IBISWorld, sebuah lembaga yang mengelola sejumlah penelitian tentang pasar dari Amerika Serikat, merilis penelitian terbaru mereka mengenai tren bisnis yang menjanjikan di tahun 2011. Hasil penelitian yang dimuat di majalah Inc tersebut barangkali bisa dijadikan referensi bagi kita untuk memutuskan, peluang apa saja yang mungkin digarap. Tentu, tidak menutup kemungkinan ada bisnis menjanjikan selain yang disebutkan. Apa saja bisnis tersebut dan bagaimana analisisnya, berikut kami rangkumkan untuk Anda...



- Agen Penagih Utang

Barangkali, di Indonesia, bisnis semacam ini kurang lazim. Tapi, itulah kenyataannya. Meski banyak keluhan di surat pembaca tentang kelakuan para penagih utang (debt collector), bisnis menagih utang ini ternyata menurut IBISWorld adalah bisnis yang menjanjikan. Sebab, saat ini, dengan kemudahan kredit, baik untuk konsumsi ataupun membeli rumah, ada banyak orang yang mungkin macet kreditnya. Dan, di sanalah peluang usaha di bisnis ini terbuka lebar.



- Bisnis Penjualan dan Lelang Barang Online

Menurut beberapa catatan penjualan dari berbagai media, terlihat kecenderungan peningkatan penjualan online yang sangat signifikan di tahun 2010. Di Indonesia, bahkan menjual lewat Facebook atau forum semacam KasKus meningkat tajam. Jika tren ini terus berlanjut, bisnis online ini menurut IBISWorld akan mencetak keuntungan yang makin besar pada tahun ini.



IBISWorld bahkan memperkirakan, tingkat keuntungannya akan tumbuh mencapai 11,4 persen di tahun 2011.



- Konsultan Lingkungan

Konsultan yang berhubungan dengan lingkungan barangkali masih kurang kita dengar kiprahnya di Indonesia. Tapi, di sanalah peluang membentang. Sebab, menurut IBISWorld, tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya makin meningkat. Apalagi, perubahan iklim yang menyebabkan bencana di hampir setiap penjuru dunia, menjadi indikasi agar kita makin memperhatikan lingkungan sekitar.



Untuk itu, bagi yang ingin membangun bangunan, taman, jalan, atau berbagai properti serta sarana dan prasarana lain, nantinya akan sangat memerlukan jasa konsultan ini. Karena itu, IBISWorld memperkirakan, tingkat keuntungan bisnis ini mencapai 7,5 persen di tahun 2011.



- Jasa Penilai Properti

Selama ini, di Indonesia, yang bisa menilai harga properti biasanya didominasi oleh para pegawai jasa gadai, baik dari pegadaian atau perbankan. Namun, menurut IBISWorld, penilaian properti akan jadi usaha jasa yang cukup menjanjikan. Sebab, bagi orang yang akan menjual atau membeli properti sebagai investasi atau ditempati, akan bisa mendapatkan harga terbaik dari propertinya. Barangkali, karena profesi ini belum cukup lazim sebagai usaha yang terlepas dari perbankan atau pegadaian, ini mungkin akan jadi usaha yang cukup prospektif jika ditekuni.



- Agen Periklanan

Dengan banyaknya usaha baru bermunculan, promosi dan pemasaran menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Apalagi, kini makin marak media promosi baru yang memanfaatkan dunia sosial media. Hal inilah yang menurut IBISWorld menjadikan peluang agen periklanan makin bagus di tahun 2011. Lebih jauh, mereka menyebut biro iklan yang memiliki basis dunia mobile dan mampu meraih ceruk yang unik (niche) akan jadi pemenang besar di tahun 2011.



- Konsultan dan Pelatihan Karier

Dengan makin banyaknya tenaga kerja, makin besar pula persaiangan untuk mendapatkan pekerjaan. Karena itu, kemampuan ekstra dari seorang pencari kerja akan jadi nilai lebih. Untuk meningkatkan performa tersebut, biro jasa pelatihan dan konsultan karier akan menjadi salah satu solusi untuk menaikkan kemampuan sekaligus daya jual di dunia kerja bagi seseorang.



Bukan hanya itu, pemerintah pun dipandang akan terus berusaha membuka lapangan pekerjaan untuk mendorong lebih banyak orang untuk mandiri. Dan, di sanalah peluang pelatihan akan sangat menjanjikan.



Sumber : http://www.andriewongso.com