Sabtu, 10 Maret 2012

Etos Kerja Unggul (Bagian II)

Etos #4 Kerja adalah Aktualisasi

Aktualisasi*) adalah proses mengubah potensi menjadi realita, menjadi kinerja dan menjadi prestasi yang terbaik. Ada dua pengalaman pribadi yang dapat digunakan untuk melukiskan Kerja adalah Aktualisasi. Pertama, Ketika Usia penulis menginjak 26 tahun, puji Tuhan penulis dipercaya Tuhan bekerja sebagai Konsultan nasional di suatu proyek pendidikan, awalnya penulis canggung harus mengajar orang-orang yang usia dan gelarnya lebih tinggi. Pimpinan penulis waktu itu memberikan motivasi untuk terus melatih diri, dan penulis pun terus mengupgrade kemampuan, hingga akhirnya bisa menjalankan tugas dengan baik. Setiap kita memiliki potensi yang diberikan Tuhan, terkadang kita tidak menyadari bahwa kita memiliki potensi tersebut. Pengalaman kedua, Penulis tidak pernah menduga jika punya potensi menjadi seorang penulis naskah film pendidikan. Penulis baru menyadarinya ketika berusia 30 tahun, yaitu ketika pertama kali mendapat project dan mengerjakan project penulisan naskah film. Awalnya naskah film yang dibuat sangat sederhana dan banyak kekurangan. Puji Tuhan ada reorder berulang kali menulis naskah film, yang membuat penulis semakin lancar, tajam, lengkap, teliti, dan komunikatif dalam menulis. Dua pengalaman tadi adalah contoh mengubah potensi menjadi realita dan menjadi prestasi yang terbaik.

Aktualisasi memerlukan kerja keras. Tuhan juga menginginkan anak-anak-Nya menjadikan kerja sebagai aktualisasi diri. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan..Efesus 4:28. Orang yang tidak mengaktualisasikan diri, merasa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, padahal jika ia bekerja keras Ia akan mendapat hasil yang mungkin belum pernah dipikirkan, jika terus tekun dilakukan akan menjadi berkat bagi banyak orang.

Etos #5 Kerja adalah Ibadah.

Event-event Pakars baik CMPC maupun Forward, beberapa tulisan di web Pakars sudah banyak membahas akan hal ini, tapi baiklah kita uraikan lagi secara singkat akan hal ini. Pemisahan dunia kerja yang sebelumnya dikenal sebagai dunia sekuler, dengan gereja sebagai dunia yang rohani adalah tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kehidupan dunia kerja juga merupakan kehidupan yang rohani. Prinsip kebenaran Firman Tuhan yang sering dikompromikan di dunia kerja (karena menganggap bukan rohani), secara tegas di tentang dalam paradigma ini. Apa yang dilakukan dalam dunia kerja adalah hal yang suci dan rohani, karena itu cara-caranya juga harus mencerminkan kebenaran Firman Tuhan.

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati…Roma 12:1.

Ibadah yang sejati menurut ayat di atas adalah mempersembahkan tubuh, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Ketika kita bekerja tentu saja tubuh kita yang melakukan pekerjaan, mata untuk membaca / mengamati / menganalisa, mulut untuk berbicara/ bernegosiasi / bernyanyi, tangan untuk menulis / mengemudi / mengetik, dan lain-lain… jika kita melakukan pekerjaan itu sebagai bentuk persembahan kepada Allah, maka itu akan menjadi sebuah ibadah yang sejati.

Intinya adalah kita mempersembahkan seluruh kehidupan kita untuk Tuhan, baik dalam keluarga, masyarakat, termasuk di dunia kerja kita. Jika kita menunjukkan semua yang kita lakukan untuk Tuhan maka kita akan menghasilkan yang terelok, termulia, teragung untuk DIA.

Suatu cerita menarik ditulis oleh Jansen Sinamo di buku 8 etos kerja unggul. Ada dua orang tukang batu, yang pertama ingin mendirikan bangunan, namun ia selalu mengeluh karena bekerja berat di bawah terik matahari dengan gaji kecil. Dia merasa dirinya malang, hatinya susah, semangat kerjanya pas-pasan. Baginya bekerja adalah keterpaksaan, bahkan penderitaan. Tetapi dia harus bekerja untuk bertahan hidup bagaikan kerakap yang tumbuh di batu tembok tua. Tukang batu kedua membangun dengan suatu kesadaran bahwa tembok yang ia bangun adalah bakal Pura agung. Ia bekerja tidak sekedar untuk upah, tapi ia menemukan kesempatan untuk mengabdi kepada Tuhan-nya lewat pekerjaanya menyusun batu-bata.

Persembahkanlah pekerjaanmu untuk Tuhan itu adalah ibadahmu yang sejati!

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia…Kolose 3:23

Etos #6 Kerja adalah Seni.

Kerja adalah seni, tidak dimaksudkan untuk bidang seni-seni tertentu, tetapi seni yang sering dikaitkan dengan keindahan / estetika, kreativitas, sukacita / menggembirakan hati. Kerja adalah Seni, yang mendatangkan kesukaan dan gairah, umumnya bersumber pada aktivitas-aktivitas artistik, kreatif dan imajinatif. Pekerjaan Teknikpun memiliki unsur seni, mahafisikawan Albert Einstein ketika berhasil merumuskan hukum fisika dalam persamaan matematika, bukan hanya berkata bahwa persamaan tersebut adalah benar, tetapi juga berseru takjub,”Indah.” *) Sewaktu penulis kuliah di Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, para dosen mengajarkan bahwa Teknik Kimia 50% adalah seni dan 50% lagi adalah Teknik, artinya ada banyak cara / kreativitas untuk menghasilkan sesuatu dengan perhitungan-perhitungan teknik. Untuk memproduksi barang “X”, bisa digunakan alat A, atau B, atau C, atau gabungannya, model alat A-pun macam-macam, alat masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, perlu daya imajinatif dan perhitungan teknik sebelum memutuskan. Yopy Halomoan, seorang trainer/ speaker tentang Leadership mengatakan bahwa Leadership adalah seni, penerapan ilmunya bervariasi. Untuk memimpin 1 kelompok orang, bisa berbeda-beda cara untuk masing-masing orang. Untuk memimpin 1 orang saja, bisa berbeda-beda cara untuk kegiatan-kegiatan berbeda. Belum lagi untuk kelompok-kelompok orang yang berbeda, dengan kegiatan yang berlain-lainan, sangat banyak cara menuntut kecerdasan (baik intelektual, emotional, spiritual) dan kreativitas.

Secara mental, bekerja seni antara lain tampak dari kemampuan berpikir tertib, sistematik, dan konseptual; cerdas dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah; menggagas pikiran-pikiran yang inovatif dan imajinatif, menghasilkan desain-desain proses, produk atau solusi secara genuine*).

Belajar dari seorang seniman yang menggunakan media kanvas, cat, kuas untuk menghasilkan lukisan yang bagus, ia sangat menikmati dan antusias dalam pekerjaannya, demikianlah semestinya kita dalam pekerjaan kita. Seorang guru menggunakan media alat tulis, buku pegangan guru, sumber-sumber belajar, alat-alat peraga, dll untuk menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Seorang Bankir menggunakan media nasabah, rumus bunga, computer, internet, relasi, konsep perbankan, aturan perusahaan, visi, misi, ruang tamu dll untuk menghasilkan pencapaian target, dan kemajuan perusahaan. Baik guru, bankir, dan orang-orang bekerja lainnya menggunakan media-media tersebut untuk menghasilkan karya-karya. Tidak saja media yang digunakan, tetapi proses dalam melakukanya dapat dinikmati dan dilakukan dengan antusias penuh sukacita, itulah kerja sebagai seni.

Tuhan juga mengajarkan bahwa kerja adalah seni…Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir..Pengkotbah 3:11.

Tuhan membuat segalanya dengan penuh kecerdasan dan kreativitas, dan pada waktu yang tepat, hasil pekerjaannya nampak indah, dan mengagumkan, sehingga kitapun tidak dapat memahami sepenuhnya pekerjaan-pekerjaan Allah.

“Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan...” Roma 1:20

Keterangan: *) adalah tulisan yang diambil dari buku “8 Etos Kerja Profesional”, karya Jansen H. Sinamo.

Sumber : http://www.pakarsindonesia.org/artikel/etos-kerja-unggul-bagian-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar