Pemasaran merupakan kunci keberhasilan dalam sebuah bisnis, karena itu mengelola organisasi atau tim pemasaran yang baik mutlak diperlukan. Selain itu dunia pemasaran juga sangat dinamis sehingga perlu inovasi dan terobosan-terobosan baru. Yang berpengaruh pada dunia pemasaran selain dari tuntutan pasar juga strategi pemasaran yang diterapkan oleh pesaing. Karena itu mengelola tim pemasaran dari mulai langkah-langkah yang ditempuh, job description masing-masing personal hingga detail yang lain harus selalu dilakukan.
Yang menjadi kata kunci dalam mengelola organisasi pemasaran adalah etos kerja dalam organisasi yang selalu didasarkan pada kebutuhan akan perubahan. Sesuai dengan lingkungan pasar yang selalu berubah. Mau tidak mau tim pemasaran harus siap belajar menghadapi perubahan tersebut.
Di dalam rangka mewujudkan etos kerja dalam mengelola tim pemasaran tersebut ada beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
1. Ambil keputusan berdasarkan “Values”.
Hal ini sangat penting dikarenakan Values / nilai-nilai adalah alat pengikat dan kendali setiap aktivitas harus berdasarkan nilai-nilai organisasi yang sudah disepakati bersama, sehingga dengan keputusan berdasarkan nilai-nilai maka ini merupakan jangkar yang kokoh.
2. Miliki sebuah “Misi” berdasarkan pandangan bersama.
Hal ini penting, dikarenakan setiap visi dan misi disusun dan disepakati bersama sebagai modal dasar yang sangat kuat. Karena setiap produk dan kegiatan organisasi adalah milik bersama, sehingga akan menciptakan jiwa rasa memiliki dan keterlibatan dari awal sebagai kunci keberhasilan kelompok kerja, dan perusahaan secara utuh.
3. Beri semangat agar selalu gigih.
Memberi semangat diibaratkan supporter pada suatu pertandingan. Walaupun belum tentu mendapatkan insentif , namun rasa kebersamaan dan dukungan moral adalah Motivator Tool yang cukup efektif bagi dunia penjualan. Mereka sangat haus akan dukungan dan pengertian akan teman-teman di lingkungan mereka berada sebagai pelepas dahaga , dan obat kuat agar selalu dapat bersemangat di dalam situasi kerja berat sekalipun.
4. Berikan Reward bagi yang berprestasi, dan pengambil resiko.
Reward adalah kata yang paling cocok untuk setiap kegiatan agar memacu motivasi di setiap jajaran organisasi penjualan. Walaupun biasanya dalam sistem motivasi reward itu berdampingan dengan Punishment. Hanya saja kata punishment lebih bersifat / bermakna negative, walau banyak di antara golongan karyawan tertentu punishment lebih mujarab agar mereka berkinerja tinggi. Maka, memberi semangat tidak selalu harus dalam bentuk insentif materi semata, namun dapat juga dilakukan dalam bentuk perhatian dan memanusiakan mereka.
5. Karyawan adalah “Asset”, sehingga terus-menerus perlu di tingkatkan produktivitasnya.
Tuntutan jaman mengharuskan setiap insan di dalam organisasi diperlakukan sebagai assets yang harus dipelihara, berkembang dan menguntungkan. Karena bermodalkan hal ini, maka tingkat turn-over manpower akan mengecil, dan loyalitas karyawan semakin terjaga.
6. Budaya Continuous Learning / Pembelajar sejati.
Organisasi penjualan akan terus bertahan dan berkembang, sehingga orang-orang yang ada di dalamnya pun terus berkembang. Oleh karena itu, budaya belajar di perusahaan adalah perlu diciptakan secara ter-struktur dan ber-kesinambungan. Hal ini sangat penting karena belajar adalah suatu kegiatan tanpa akhir, dan tidak mengenal usia. Oleh karenanya budaya belajar secara berkesinambungan adalah sebuah kegiatan yang perlu mendapatkan pehatian khusus, dan anggaran yang cukup, agar hal ini bukan hanya sebagai simbol semata.
7. Biasakan mencari Solusi inovasi.
Pemahaman akan kiat ketujuh ini – menurut bukunya Nur Kuncoro disebut sebagai out of the box. Inovasi adalah sesuatu yang keluar dari alam biasanya, yaitu “Nyeleneh’, aneh, tidak umum, namun harus diikat dengan kata aplikatif, bukan hanya semata-mata gagasan yang inovatif atau kreatif saja. Sangatlah percuma inovatif, tapi tidak dapat dieksekusi. Jadi, dengan kata lain bahwa solusi yang inovatif ini juga harus aplikatif.
8. Supervisi antisipatif.
Tugas para jarajan penjualan adalah selalu berada jauh dari kantor. Kegiatan mereka sangat mobile. Sehingga terkadang memberikan kesan sebagai orang-orang yang susah dikontrol, liar dan banyak menghindar dari kejaran pengawasan.
Untuk mengantisipasinya diperlukan suatu sistem supervisi antisipatif, yaitu dengan mengurangi kemungkinan adanya waktu luang untuk mencuri waktu: berikan jadwal yang padat, terukur, yang biasanya disebut sbagai pola kerja baku, sehingga seluruh kegiatan mulai dari jam hadir di kantor, di lapangan, di perjalanan dan waktu administrasi semuanya dihitung secara seksama. Saat ini hal tersebut sudah sangat mungkin dilaksanakan dengan bantuan teknologi connecting dan online antara pelanggan dengan kantor.
9. Mindsets manajemen selalu “pro” pada pasar.
Pada dasarnya, perusahaan menjual produk atau jasa adalah karena adanya kebutuhan konsumen. Dengan prinsip itulah seharusnya orientasi dan budaya organisasi penjualan harus pro kepada pasar. Mulai dari produk yang ditawarkan, program promosi, dan purna jual semuanya pro pasar. Sehingga pandangan lama bahwa di dalam proses menjual itu ditekankan tentang customer need analisis. Namun, saat ini sudah tidak cukup lagi, karena itu diperlukan dua langkah ke depan, yaitu selain Need harus juga Meet dan Exit.
Perbedaaanya dimana? kalau hanya need hanya bersifat pasif. Sedangkan Meet ada follow up atau tindak lanjut secara proaktif. Untuk menjaga loyalitas konsumen, maka harus diketahui Exit, analisisnya. Sehingga, kita bisa mengantisipasi setiap pelanggan agar jangan sampai meninggalkan kita.
10. Selalu berpikir besar, namun menguasai hal detail.
Bicara Go retail, maka kita harus juga Go detail. Kegiatan inilah yang langka, dan hampir selalu diabaikan – karena bicara detail adalah pekerjaan yang membosankan, bahkan buang-buang waktu. Namun kita akan dapat menyusun gunung yang besar, bilamana kita juga berhasil menyusun batu-batu kecil sebagai pondasinya. Dengan pemikiran Think Global act Local, rencana strategis ini dapat terintegrasi, dan diaplikasikan dengan baik oleh setiap pelaku organisasi yang ada dibawahnya.(galeriukm).
Sumber:
http://www.marketing.co.id/2011/12/21/10-kunci-sukses-menjalankan-organisasi-penjualan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar