
Kekhasan corak kain lurik tradisional dan proses pembuatannya yang masih menggunakan tangan menyebabkan nilai jual produk turunan kain lurik tinggi. Tak hanya pasar dalam negeri, kain lurik pun mulai merambah pangsa luar negeri.
Salah satu industri yang intens menekuni bisnis kerajinan kain lurik adalah Kerajinan Lawe yang memiliki bengkel kerja Lawe di Bugisan, Bantul, DI Yogyakarta. Lawe bekerja sama dengan 50 penenun tradisional di Bantul dan 20 penjahit.
Beberapa produk kain lurik yang dihasilkan berupa gantungan kunci, dompet, tas, pakaian, hingga bed cover. Harga beragam produk itu berkisar antara Rp 5.000 dan Rp 1,1 juta. Rentang harga pakaian lurik Rp 200.000-Rp 300.000 per potong. Bidikan utama Lawe adalah masyarakat kelas menengah ke atas.
Kelompok usaha bersama abdi dalem Keraton di Kota Gede juga tertarik menggalakkan usaha kecil pembuatan pakaian tradisional dari kain lurik. Mereka memanfaatkan motif kain lurik tradisional yang didominasi warna hitam, cokelat, dan putih. Menurut salah satu anggotanya, Budi Raharjo, setiap orang bisa menyelesaikan dua pakaian lurik per hari yang dijual Rp 120.000 per potong.
Pangsa pasar kain lurik pun terbuka luas. Tak hanya Yogyakarta, beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Denpasar, juga meminati kain lurik. Menurut Direktur Kerajinan Lawe Fitria Werdiningsih , Lawe juga telah mengembangkan pemasaran kain lurik dengan mulai merintis ekspor dengan pengiriman sampel produk ke Belgia dan Australia.(Galeriukm).
Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2009/11/19/2019053/kerajinan.kain.lurik.berkembang.pesat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar