Rabu, 27 Juni 2012

Kiat Membuka Usaha Restoran

Bisnis kuliner memiliki ragam bentuk yang sangat banyak, salah satu usaha bisnis kuliner adalah restoran atau rumah makan. Ada banyak faktor yang membuat usaha rumah makan ataupun restoran bisa sukses. Salah satu faktor yang menentukan dalam usaha restoran adalah masalah menu makanan. Menu makanan merupakan hal yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam membuka usaha restoran. Memilih menu makanan pada usaha restoran bukan semata-mata memilih kemewahan tetapi juga disesuaikan dengan segmen pasar yang dibidik.

Menentukan menu makanan dalam usaha restoran memerlukan perencanaan yang matang. Hal ini mengingat persaingan bisnis makanan sangat ketat. Meskipun pasar bisnis kuliner sangat besar, namun pembeli akan sangat selektif terhadap restoran yang memiliki reputasi baik dalam hal menu makanan. Tidak jarang dalam membuka usaha warung makan atau restoran perlu memerlukan konsultan.

Dalam merencanakan menu makanan yang akan disajikan dalam usaha restoran,hal penting yang dipertimbangkan adalah konsep yang akan dibawa dan segmen pasar yang akan dibidik. Segmen pasar akan memberikan gambaran kesesuaian menu dengan keinginan, kebutuhan dan kondisi pembeli.

Dalam menentukan menu beberapa orang yang perlu dilibatkan antara lain chef, restaurant manager dan owner yang akan menentukan nama menu yang akan direalisasikan oleh chef. Chef yang nantinya akan bertanggungjawab untuk standarisasi mutu masakan, seperti rasa, bentuk, serta besarnya porsi yang dibantu oleh cook helper dan waiter.

Dalam bisnis kuliner cita rasa masakan merupakan hal yang paling penting, karena itu chef harus bisa membuat konsep tersebut dalam menu-menu makanan yang disajikan dalam usaha warung makan atau restoran. Jika citarasa makanan sudah baik dan disukai oleh pembeli, mereka akan kembali dan merekomendasikan usaha restoran anda kepada orang lain.

Selain menu makanan yang memiliki citarasa yang oke, faktor lain adalah masalah variasi menu makanan. Untuk menarik pembeli perlu dilakukan penambahan menu-menu khusus pada hari-hari yang khusus pula. Hal ini selain memberikan nuansa yang berbeda juga akan menjadi ajang promosi bagi usaha restoran anda.

Sumber:
http://www.bisniskuliner.com/

Selasa, 26 Juni 2012

Motivasi Diri Menghadapi Kegagalan

Apakah Anda salah satu orang yang takut gagal???

Ya, hampir semua orang merasa takut jika mereka menghadapi kegagalan, takut gagal saat mencoba usaha, takut gagal saat mengikuti ujian test masuk kerja bahkan takut gagal dalam menjalani hidupnya. Sebenarnya perasaan takut yang ada pada diri seseorang hanya akan menghambat kesuksesan yang telah menunggu mereka.

Mungkin Sebagian besar dari Anda pernah mengalami kegagalan dalam mencoba peluang usaha. Kegagalan pun pernah dialami oleh para pengusaha sukses, bahkan tak jarang ada pengusaha yang pernah gagal sampai berkali – kali. Namun hebatnya banyak dari mereka tetap bisa sukses dengan adanya kegagalan yang pernah menimpa usaha mereka. Kuncinya hanya satu, yaitu berani mencoba dan terus memperbaiki penyebab kegagalan yang pernah mereka alami. Anda pun juga dapat sukses setelah mengalami kegagalan, berikut beberapa tips motivasi diri menghadapi kegagalan yang dapat Anda coba:

Selalu berpikiran positif tentang kegagalan. Hadapi kegagalan dengan pikiran yang positif, jangan pernah menyalahkan orang lain atas kegagalan yang Anda alami. Agar Anda dapat melaluinya dengan mencari solusi yang tepat pula, tanpa adanya penyesalan panjang yang akan menghambat kesuksesan di depan Anda.

Jadikan kegagalan sebagai pembelajaran bagi Anda. Adanya kegagalan memberikan kesempatan bagi Anda untuk belajar, untuk itu jangan pernah hindari kegagalan. Karena secara tidak langsung Anda akan mencari tahu penyebab kegagalan tersebut dan berusaha mencari solusi serta menghindari hal – hal yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut terulang lagi. Sehingga Anda mengetahui jalan mana yang salah dan cara apa yang benar.

Kegagalan bukan akhir dari segalanya, karena kegagalan hanya bersifat sementara. Satu kali, dua kali, bahkan sepuluh kali gagal bukan merupakan akhir dari hidup Anda. Kegagalan hanya bersifat sementara dan dapat selesai jika Anda mau merubahnya. Anggap kegagalan ibarat orang yang jatuh dari sepeda, orang tersebut tidak akan merasakan sakit yang lama jika dia segera bangkit dan mencari obat luka, begitu juga dengan kegagalan. Seseorang tidak akan terlalu lama merasakan gagal jika orang tersebut segera bangkit dari kegagalan dan mencari jalan keluarnya.

Berusaha bangkit dengan motivasi baru. Jangan terlena dengan penyesalan Anda, segeralah bangkit dari kegagalan. Kumpulkan kembali motivasi diri Anda, dan yakinkan diri Anda bahwa jika ada kegagalan pasti akan ada keberhasilan di depan sana. Keputusannya ada di tangan Anda, apakah Anda akan terus berjalan menjemput keberhasilan itu atau hanya akan berdiam terus meratapi kegagalan yang ada. Sebenarnya orang yang gagal adalah orang yang tidak mau berusaha keluar dari lubang kegagalan.

Kegagalan bukan hal yang perlu ditakuti, karena orang yang takut gagal adalah orang yang jauh dari kesuksesannya. Teruslah bangkit untuk mencoba dan belajar dari kegagalan yang Anda alami, jangan pernah menyerah oleh keadaan yang hanya sementara. Benar kata orang bijak, bahwa kegagalan hanyalah sukses yang tertunda. So, jangan terlalu lama menunda kesuksesan Anda. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Minggu, 24 Juni 2012

Sistem Pemasaran E-Bisnis

Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botol yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa.

Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.

Pemasaran Internet adalah segala usaha yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan media Internet atau jaringan www. Kata e dalam e-pemasaran ini berarti elektronik (electronic) yang artinya kegiatan pemasaran yang dimaksud dilaksanakan secara elektronik lewat Internet atau jaringan syber. Dengan munculnya teknologi Internet dalam beberapa tahun ini, banyak istilah baru yang menggunakan awalan e-xxx, seperti halnya: e-surat, e-business, e-gov, e-society, dll.

Banyak orang beranggapan bahwa pemasaran Internet adalah segala hal yang berhubungan dengan mencari uang di Internet, yang sebetulnya hal ini tidak benar. Perlu diketahui bahwa ratusan bahkan ribuan program mencari uang di Internet adalah kegiatan yang dilarang dan merupakan kecurangan alias penipuan yang hanya menguntungkan untuk orang-orang tertentu saja.

Kegiatan pemasaran Internet umumnya meliputi atau berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan pembuatan produk periklanan, pencarian prospek atau pembeli dan penulisan kalimat-kalimat pemasaran atau copywriting. Pemasaran internet atau e-pemasaran ini secara umum meliputi kegiatan pembuatan desain web (web design), periklanan dengan menggunakan baner, promosi perusahaan lewat mesin pencari informasi (mesin pencari), surat elektronik atau e-surat (e-mail), periklanan lewat e-surat (email advertising), pemasaran afiliasi (affiliate marketing), advertensi interaktif (interactive advertising), dll.

Strategi pemasaran

Banyak sekali strategi pemasaran Internet digunakan para pemasar Internet untuk menjual produk atau jasa yang mereka miliki.

Strategi yang paling umum digunakan adalah dengan model CTPM yang dipopulerkan oleh Ken Evoy. CTPM adalah sekuel Content, Traffic, Pre-sell dan Monetize. Intinya, pemasaran yang berhasil adalah pemasaran yang memberikan kebutuhan dasar pengguna Internet : informasi. Langkah pertama pemasar Internet tentu saja adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan seputar jasa atau produk yang akan dipasarkan. Langkah berikutnya adalah bagaimana mendatangkan pengunjung, membentuk kesan atas produk atau jasa tersebut baru langkah terakhir mendapatkan penjualan dari jasa atau produk yang dipasarkan.

Sementara strategi internet marketing yang ter-revolusioner adalah melalui media blog, sering juga disebutkan sebagai blog monetizing. Sejumlah pakar seperti Arham 'Blogpreneur' Haryadi mengatakan pusat gravity marketing pada media blog, ber-intikan pada influence atau kekuatan personal branding. Tak lain strategi membangun kredibilitas / authority ini sangat didukung mengingat social media marketing mengutamakan conversation juga kekuatan komunitas.

Sumber : http://neyshapradhita.blogspot.com/

Rabu, 20 Juni 2012

Strategi Pemasaran Bisnis Retail

Membicarakan strategi pemasaran, memang tidak akan pernah ada habisnya. Berbagai cara dan usaha bisa dijadikan sebagai strategi untuk memasarkan sebuah produk. Salah satu strategi yang sudah dijalankan masyarakat dari dulu hingga sekarang adalah pemasaran dengan sistem retail atau eceran. Yang dimaksud dengan strategi pemasaran retail atau eceran sendiri adalah segala kegiatan jual-beli yang bertujuan menyalurkan barang kepada konsumen akhir, guna memenuhi kebutuhan pribadi para konsumen.

Sebagian besar pelaku usaha memilih untuk menggunakan strategi pemasaran ini, sebab peluang pasar yang paling potensial datang dari konsumen akhir, yang rata-rata membeli suatu produk untuk keperluan mereka sehari-hari. Tak heran bila saat ini perkembangan bisnis retail juga sangat pesat, lihat saja bisnis toko kelontong, minimarket, hingga bisnis retail yang sudah besar seperti Matahari, Alfamart, Indomart, dan Hero banyak dicari para konsumen.

Tingginya permintaan pasar akan produk retail, membuat sebagian besar pelaku usaha memilih strategi pemasaran tersebut untuk melepas produk mereka ke pasaran. Meskipun cara ini terbilang mudah, namun persaingan pasar bisnis retail sudah sangat tinggi. Maka dari itu bagi Anda yang ingin terjun dalam bisnis retail, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut untuk memenangkan pasar :

Pertama, tentukan target pasar.
Meskipun bisnis retail biasa menawarkan berbagai produk kebutuhan masyarakat, namun sebisa mungkin tentukan target konsumen yang ingin Anda jangkau. Misalnya saja lebih menekankan harga murah untuk menjangkau konsumen menengah kebawah, atau menyediakan produk dengan kualitas terbaik untuk menjangkau sasaran pasar menengah keatas.

Kedua, ciptakan loyalitas pelanggan.
Memiliki konsumen yang loyal, merupakan strategi tepat untuk meningkatkan pemasaran. Bukan hanya itu saja, dengan adanya loyalitas konsumen juga membantu bisnis retail untuk menghadapi persaingan pasar. Ciptakan program-program promosi yang dapat meningkatkan loyalitas konsumen, contohnya saja dengan memberikan kartu diskon bagi para member, atau mengadakan event promosi setiap akhir pekan.

Ketiga, pilih lokasi usaha yang strategis.
Pemilihan lokasi usaha sangat mempengaruhi tingkat penjualan pada bisnis retail. Sesuaikan lokasi usaha dengan bisnis retail yang ingin dijalankan, sebab lokasi usaha juga ikut menentukan potensi pasar. Seperti lokasi yang ada di tengah pemukiman warga, Anda bisa membuka toko kelontong. Sedangkan untuk lokasi usaha yang ada di daerah perkotaan, Anda bisa mencoba bisnis retail dengan minimarket atau supermarket.

Keempat, cantumkan brand pada setiap produk.
Penanaman image kepada para konsumen, menjadi cara jitu untuk memasarkan bisnis retail. Yang perlu diingat adalah brand bukan hanya sekedar nama, jadi cantumkan brand yang telah ditetapkan di setiap produk. Seperti mencantumkan logo disetiap label harga produk, atau mencantumkan logo pada interior ruangan. Sehingga brand tersebut menjadi pembeda bisnis retail Anda dengan bisnis para pesaing.

Kelima, berikan pelayanan prima kepada konsumen.
Jangan abaikan istilah pembeli adalah raja. Istilah ini memberikan masukan kepada para pelaku usaha untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumen. Biasakan layani konsumen dengan 3S 1A (sambut, senyum, sapa dan antusias). Lakukan dari hal yang terkecil, seperti menyambut konsumen dengan salam dan mengucapkan terimakasih setelah mereka selesai berbelanja. Cara ini sudah dilakukan pada sebagian kecil bisnis retail, seperti Indomart. Jadi konsumen merasa dihargai ketika berbelanja di tempat Anda, dan tidak segan untuk datang berbelanja kembali.

Karena strategi pemasaran bisnis retail lebih mengacu pada konsumen akhir sebagai potensi pasar, sebaiknya lakukan pemasaran bisnis dengan pendekatan langsung kepada konsumen. Yakinlah bila loyalitas konsumen telah terbentuk, maka yang menjadi agen pemasaran paling efektif bagi bisnis Anda adalah para konsumen tersebut. Oleh karena itu, penuhi kebutuhan konsumen dan biarkan mereka menjadi agen pemasaran Anda. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Peluang Bisnis Beternak Burung Lovebird

PERAWATAN
Di alam liar, jenis makanan yang dikonsumsi Lovebird antara lain adalah sayuran, buah2an, biji2an dan kacang2an dalam jumlah yang sangat banyak. Untuk Lovebird yang kita pelihara, sebaiknya jumlah makanan yang banyak mengandung lemak dibatasi. Hal ini karena keterbatasan gerak mereka di dalam kandang dibanding di alam liar. Jika terlalu gemuk, maka burung cenderung malas untuk bergerak dan bunyi.

Berikan sayuran segar (al: brokoli, toge, bayam, sawi, kangkung, jagung) setiap hari secara bergantian, buah2an (al: apel, pisang, papaya) 2 -3 kali seminggu. Bij-bijian harus diberikan dalam jumlah yang terbatas (kecuali Lovebird akan diternak). Seminggu sekali boleh diberikan minuman susu cair. Jangan memberi makanan seperti alpukat, cokelat dan kopi karena bisa berakibat fatal. Jika anda memberikan apel, pastikan bahwa biji buah apel sudah terbuang karena itu bisa menjadi racun bagi Lovebird.

Selain itu, jangan lupa untuk meyediakan pasir grit atau totok cumi didalam kandang. Grit ini selain berfungsi untuk membantu pencernaan juga bagai sarana dalam proses pembentukan cangkang telur. (lihat artikel om Kiansing mengenai fungsi Grit).

Ukuran kandang untuk Lovebird sangat variatif. Ada yg berbentuk bulat, kotak bahkan segi enam. Gunakanlah ukuran kandang yang agak besar supaya Lovebird lebih bebas untuk bergerak. Konstruksi kandang harus kuat dan terbuat dari kawat besi. Lovebird termasuk burung yang suka mandi. Oleh karena itu usahakan untuk memberikan tempat mandi tersendiri, selain tempat minum. Penggantian air minum harus dilakukan setiap hari untuk menjaga kesehatannya. Seminggu sekali mandikanlah Lovebird dengan cairan anti septic atau anti kutu – dengan cara disemprot dari atas – supaya bulunya tetap terpelihara. Untuk penjemuran, usahakan setiap hari Lovebrid dijemur dengan durasi sekitar 2 – 3 jam.

Dengan perawatan yang baik, Lovebird bisa hidup 10 hingga 20 tahun.

BETERNAK LOVEBIRD
Sebelum memulai beternak Lovebird, kita harus bisa membedakan dulu antara Lovebird jantan dengan Lovebird betina. Secara fisik dan warna, burung tersebut susah untuk diketahui jenis kelaminnya. Cara yang paling gampang adalah dengan meraba kedua capit udang yang terletak dibawah duburnya. Jika keras, rapat dan lancip, biasanya jantan. Sedangkan burung betina capit udangnya lembek, lebar dan tumpul. Ciri lain adalah, Lovebird betina jika sudah birahi akan mengumpulkan bahan sarang dan diselipkan diantara kedua sayapnya sebelum dibawa kedalam kotak sarang.

Lovebird bisa diternak setelah memasuki usia diatas 7 bulan. Pilihlah Lovebird yang sehat dan tidak cacat sebagai calon indukan dan berusia relative masih muda karena Lovebird yang sudah berumur diatas 3 tahun biasanya sudah tidak terlalu produktif. Untuk mendapatkan kriteria seperti diatas, sebaiknya kita langsung membeli dari peternak yang sudah kita kenal.

Untuk memacu birahi, selain kwaci, tambahkana makanan extra berupa toge, jagung muda dan sawi. Ketiga jenis sayuran ini terbukti berguna untuk mendongkrak birahi Lovebird.

Walaupun Lovebird bisa diternak dengan cara diumbar dalam kandang beurukuran besar dengan jumlah lebih dari 1 pasang, akan lebih baik jika beternak Lovebird secara individual. Untuk 1 pasang Lovebird, bisa digunakan kandang dengan ukuran sekitar 80cm x 40cm x 40cm. Satu Kandang diisi satu pasang. Ini dilakukan supaya garis keturunan gampang dilacak sehingga suatu saat memudahkan kita untuk melakukan experiment dalam menghasilkan varian warna yang berbeda. Sediakan kotak sarang atau glodok untuk bertelor dan mengeram. Contoh ukuran glodok XLXT = 15cm x 20cm x 25cm. Glodok terbuat dari papan dengan ketebalan sekitar 2cm.

Tempat sarang atau glodok untuk Lovebird umumnya terbuat dari kotak kayu.
Bahan sarang bisa menggunakan serbuk kayu, kulit jagung yang sudah dikeringkan dan lain sebagainya.

Umumnya Lovebird bertelur antara 4 – 6 butir dan menetas setelah dierami sekitar 21 hingga 23 hari. Kedua indukan, baik jantan maupun betina saling bergantian menyuapi anaknya. Pada saat berumur sekitar 6 – 8 minggu, anak burung mulai keluar dari kotak sarang. Setelah anak burung bisa makan sendiri, segera pindahkan mereka ke sangkar lain sehingga indukannya bisa kembali melakukan siklus reproduksi.

Adakalanya indukan Lovebird tidak mau mengasuh anakannya. Jika kita menemukan kasus seperti ini, tidak ada cara lain kecuali harus diangkat dan disuapi sendiri. Siapkan kotak berukuran kira-kira 40x40x40cm yang didalamnya terdapat lampu bohlam 5 watt yang berfungsi sebagai penghangat. Anak Lovebird harus disuapi setiap 2 jam sekali. Makanan yang paling sesuai pada masa tersebut adalah bubur susu untuk bayi. Campurkan bubur susu dengan air matang (hangat-hangat kuku), lalu gunakan sendok untuk menyuapi anak burung. Tingkat kekentalan makanan tersebut harus disesuaikan dengan usia anak burung. Semakin bertambah usianya, semakin kental bubur susu yang diberikan. Setelah berumur 3 – 4 minggu, kita sudah boleh mulai memperkenalkan jenis makanan lain seperti sayuran, buah-buahan dan millet.

Pemasangan ring bisa dilakukan pada saat anakan berumur tidak lebih dari 10 hari. Berikut adalah ilustrasi cara pemasangan ring:
PERMASALAHAN DALAM BETERNAK LOVEBIRD

Tidak Mau jodoh
Sering kita merasa kesal karena indukan yang ingin kita jodohkan ternyata tidak mau bersatu. Hal ini bisa disebabkan karena beberapa hal, al: keduanya berjenis kelamin sama, belum memasuki masa birahi, situasi atau lingkungan yang kurang mendukung.

Telur Tidak Menetas
Telur tidak meneteas bisa disebabkan oleh beberpa hal al: Indukan yang mandul, kurang nutirisi, telur tidak dierami indukan, infeksi bakteri, dan lain-lain. Sering dijumpai dalam satu tetasan, ada 1 atau 2 telur yang tidak menetas. Ini adalah hal yang wajar dan tidak perlu di khawatirkan. Biasanya telur yang tidak menetas itu adalah telur yang terakhir. Menurut literature yang saya baca, bahkan di alam sekalipun, tidak semua telur bisa menetas.

Cacat Kaki.
Sering kita jumpai anak Lovebird yang kakinya tidak bisa berdiri dan mencengkeram dengan sempurna serta cenderung miring ke samping. Hal ini disebabkan karena bahan sarang yang ada didalam sangkar kurang mencukupi sehingga Lovebird tidak mempunyai dasar berpijak yang tidak licin. Kebanyakan kasus ini dijumpai pada glodok yang beralaskan papn triplek. Hindarilah menggunakan bahan ini dan gunakan papan yang belum diserut sebagai bahan dasar glodok.

PEMASTERAN
Betulkah Lovebird bisa dimaster? Saya bisa mengatakan bisa, berdasarkan pengalaman saya. Lovebird termasuk burung yang cerdas dan gampang menirukan suara burung jenis lain. Selama ini Lovebird lebih banyak digunakan sebagai master terutama Lovebird yang memiliki trecetan kasar dan panjang-panjang. Untuk mencari Lovebird seperti ini bukanlah hal yang mudah. Jika ada, tentu harganya sudah melambung tinggi. Untuk menyiasati hal tersebut, kita bisa melakukan pemasteran semenjak Lovebird berusia kurang dari 1 bulan. Walaupun trecetan suara Lovebird dalam membawakan lagu lebih banyak ditentukan dari factor genetic, upaya berikut masih bisa dilakukan untuk mendongkrak performanya. Master yang cocok untuk Lovebird adalah Kenari, Blackthroat dan Sanger karena ketiga jenis burung ini diyakini memiliki nada suara yang paling mendekati Lovebird. Dengan ketiga jenis burung ini diharapkan Lovebird akan membawakan lagunya dengan durasi yang panjang dan speed yang rapat.

Berikut adalah kemungkinan dari hasil dari crossing:

Green x lutino Green/ino x green
100% green/ino 50% green, 50% green/ino

Green/ino x green/ino Green/ino x lutino
25% green 50% green/ino
50% green/ino 50% lutino
25% lutino

Lutino x blue Albino x green
100% green/ino/blue 100% green/ino/blue

Green/ino/blue x green/ino/blue Lutino/blue x lutino/blue
6.25% green 25% lutino
12.5% grenn/ino 50% lutino/blue
12.5% green/blue 25% albino
25% green/ino/blue
6.25% lutino
12.5% lutino/blue
6.25% blue
12.5% blue/ino
6.25% albino

Lutino/blue x green/blue/ino Lutino x green/ino/blue
12.5% green/ino 25% green/ino/blue
25% green/ino/blue 25% green/ino
12.5% lutino 25% lutino/blue
25% lutino/blue 25% lutino
12.5% blue/ino
12.5% albino

Albino x green/ino/blue Albino x blue
25% green/ino/blue 100% blue/ino
25% blue/ino
25% lutino/blue
25% albino

Blue/ino x blue/ino Albino x blue/ino
25% blue 50% blue/ino
50% blue/ino 50% albino
25% albino

MUTASI WARNA
Mutasi warna pada Lovebird bisa mencapai ratusan ragam. Berikut adalah beberapa jenis mutasi warna yang telah dikenal secara international. Untuk istilah mutasi, tetap mengunakan Bahasa Inggris.
AQUA (Parblue) = atau Dutch Blue, Blue, DB
TURQUOISE (Parblue) = atau Whitefaced Blue, WF
AQUATURQUOISE = atau Seagreen, SG
PIED
ORANGEFACED
DILUTE
EDGED DILUTE = atau American Yellow, Silver, American Silver, American White
INO = atau Lutino, Creamino
CINNAMON = atau America Cinnamon
PALLID = atau Australian Cinnamon
OPALINE = atau Roseheaded
PALE FALLOW
BRONZE FALLOW
PALE HEADED
VIOLET FACTOR
DARK FACTOR

Sumber : http://vdocd.wordpress.com/

Selasa, 19 Juni 2012

Peluang Usaha Kerajinan Tepung

epung tak hanya enak dibuat kue atau penganan, tapi juga bisa untuk membuat aneka kerajinan unik, seperti pigura, kotak pensil, hingga lukisan. Salah satu kelebihan yang dijual oleh perajin aneka kerajinan berbahan tepung adalah keamanan bagi kesehatan. Lewat pemasaran online, produsen kerajinan mampu mengantongi omzet yang lezat.

Aneka kerajinan punya daya magnet yang luar biasa, baik dari sisi konsumen dan pebisnisnya. Bak musim yang silih berganti, aneka kerajinan muncul di pasar. Sebagian mampu menciptakan pasar, namun tak sedikit pula yang kemudian tenggelam.

Kondisi itu tak menghentikan bagi perajin untuk terus menjajal minat konsumen di pasar. Berbagai inovasi mulai dari jenis, bentuk, bahan baku, hingga kemasan terus perajin lakukan.

Anita Reta termasuk yang terus berusaha masuk ke pasar dengan aneka produk kerajinannya. Perajin asal Jakarta ini berinovasi dengan menggunakan tepung maizena sebagai bahan baku produk kerajinan seperti gantungan kunci, hiasan dinding, hingga pernak-pernik hantaran perkawinan.

Memulai usaha sejak tahun 2007, Anita menjual produknya mulai harga Rp 5.000 hingga Rp 150.000 untuk aneka pernak-pernik buatannya. Harga termurah untuk gantungan kunci yang dijual Rp 5.000 per biji, kotak pensil Rp 10.000 hingga Rp 15.000, dan termahal untuk hiasan dinding yang dia jual dengan harga Rp 150.000.

Dari berbagai item jualannya, Anita mengaku bisa mengantongi omzet hingga Rp 12 juta saban bulan. Dari situ, margin yang didapat sekitar 20% hingga 30% saja.

Toh Anita gembira lantaran permintaan aneka kerajinan berbahan baku tepung terus mengalami grafik kenaikan. Ia memberikan gambaran, sejak awal tahun, permintaan aneka kerajinan naik 20% tiap bulannya. Peminatnya dari berbagai kalangan. “Mulai dari perusahaan event organizer, hotel, hingga sekolah,” ujarnya.

Kenaikan permintaan terjadi lantaran makin banyak orang yang mengetahui aneka kerajinan berbahan baku tepung maizena. Kemajuan teknologi, utamanya internet, turut memudahkan pemasaran. Lewat pemasaranonline, pelanggan Anita tersebar. Tak hanya dari Jabodetabek, pelanggan juga datang dari wilayah Jawa Tengah.

Sebelum memakai tepung, aneka kerajinan yang mendominasi banyak menggunakan bahan baku lilin atauclay yang mengandung unsur racun berbahaya. “Itu pula yang menginspirasi saya untuk membuat kerajinan dengan bahan baku yang aman,” ujar Anita.

Selain ramah lingkungan, aneka kerajinan bikinannya juga aman untuk mainan anak-anak. Untuk model, Anita mengaku tak pusing karena ia bisa mendapatkan dari aneka mainan dari clay.

Pemain lain yang juga melakukan inovasi dalam bahan baku adalah Henny Widajaja. Mengusung label Corn Craft, ia mulai memproduksi tempat lilin dan lukisan berbahan tepung sejak tiga tahun yang lalu.

Aneka lukisan dua dimensi dengan desain tradisional seperti ondel-ondel, ronggeng, dan tokoh-tokoh pewayangan jualannya itu mampu mencetak omzet Rp 8 juta tiap bulan. Berdasarkan pantauannya, pelanggan di sekitar wilayah Jabodetabek menyukai lukisan ondel-ondel yang dijualnya mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 125.000, tergantung ukuran.

Seperti juga Henny yang juga menerima pesanan, Anita pun memberikan layanan tersebut kepada konsumennya. Menurut Henny, proses pembuatan aneka kerajinan berbahan baku tepung ini sederhana.

Selain tepung, bahan baku yang dibutuhkan adalah lem, minyak, dan air. “Semua bahan dicampur dan diuleni hingga jadi adonan yang siap dibentuk apa saja,” ujarnya. Jika model sudah didapat, kerajinan tinggal dikeringkan dengan penjemuran dengan sinar matahari. Meski tampak mudah, yang sangat penting dari proses pembuatan aneka kerajinan adalah ide dan kreativitas.

Sumber : http://joglohandycraft.wordpress.com/

Cara Sukses Mengelola Bisnis Rumahan

Anda sedang memulai usaha bisnis rumahan? Well, pada postingan kali ini akan sedikit dibahas tips kiat sukses untuk mengelola bisnis rumahan anda agar lebih maju dan menguntungkan. Kebanyakan orang gagal menjalankan bisnis rumahan, karena mereka tidak mempersiapkan modal dan mental dengan baik sebelum memulai bisnisnya. Mereka hanya memikirkan cara mendapatkan keuntungan dengan cepat dan mudah, tanpa pernah mempersiapkan diri untuk menghadapi hambatan serta resiko bisnis yang mungkin muncul di tengah perjalanan usaha anda. Hal inilah yang membuat sebagian besar pelaku bisnis rumahan, gagal membawa bisnisnya menuju kesuksesan dan impiannya yang dari awal ditargetkan.

Untuk membantu anda dalam memberikan tips bagaimana agar semua itu dapat anda hindari sehingga bisnis anda bisa tetap terjaga dengan baik meskipun hambatan tersebut menerpa bisnis anda.

Berikut ini adalah tips cara sukses dalam berbisnis rumahan:

Awali dengan penuh keyakinan
Modal utama yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan bisnis rumahan adalah tekad dan keyakinan Anda dalam memulai usaha. Adanya keyakinan penuh, dapat memotivasi diri Anda untuk mengalahkan rasa takut akan kegagalan bisnis. Keyakinan juga akan membuat Anda semakin fokus menjalankan usaha yang ingin Anda bangun.

Mulailah dengan passion
Langkah awal Anda menuju kesuksesan adalah menekuni apa yang menjadi passion Anda. Begitu juga dengan menjalankan bisnis rumahan, pilih peluang bisnis yang benar-benar Anda cintai. Dengan menekuni bisnis sesuai dengan minat dan bakat Anda, maka secara tidak langsung Anda akan mengerjakan semua kegiatan bisnis dengan total. Dari mulai perencanaan bisnis, kegiatan operasional bisnis, sampai rencana pengembangan bisnis yang semuanya dikerjakan dengan tuntas. Jika Anda tidak menikmati bisnis yang Anda jalankan, bisa dipastikan bisnis tersebut tidak akan bertahan lama dan jauh dari kata sukses.

Tentukan impian yang menjadi tujuan bisnis Anda
Seperti halnya menjalani hidup, menjalankan bisnis rumahan juga mengharuskan Anda untuk menentukan tujuan bisnis Anda. Meskipun bisnis Anda dijalankankan di rumah, namun Anda harus memiliki planning untuk jangka pendek dan impian jangka panjang yang harus Anda capai. Dengan begitu Anda akan menjalankan bisnis dengan penuh semangat dan antusias untuk mencapai target-target yang telah Anda tentukan.

Tekun, disipiln, dan pantang menyerah
“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian” istilah tersebut memberitahukan kepada Anda bahwa untuk mencapai suatu kebahagiaan dibutuhkan adanya kerja keras terlebih dahulu. Begitu pula dalam memulai bisnis rumahan, untuk mencapai kesuksesan kita dituntut untuk bekerja keras dan tekun menjalankan bisnis, disiplin dalam melaksanakan operasional usaha, serta pantang menyerah dalam menghadapi semua hambatan dan kendala usaha.

Tingkatkan pengetahuan dan ketrampilan Anda
Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin berkembang, sebaiknya tingkatkan pengetahuan dan ketrampilan Anda untuk menunjang pertumbuhan usaha. Bukan hanya pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usaha saja yang dibutuhkan, namun juga ketrampilan melihat peluang pasar, serta pengetahuan untuk menciptakan inovasi baru guna memenangkan persaingan pasar.

Bangun brand bisnis Anda
Walaupun Anda menjalankan bisnis di rumah, namun bukan berarti bisnis Anda tidak bisa dikelola secara professional. Mulailah untuk membangun brand bisnis yang baik dimata para konsumen. Sebab, dengan brand Anda bisa menarik konsumen mengenal bisnis rumahan yang Anda jalankan. Sehingga mereka tidak ragu untuk lebih loyal pada produk-produk yang Anda pasarkan.

Kunci kesuksesan bisnis rumahan sebenarnya ada di tangan Anda (para pelaku usaha), karena itu yakinkan diri Anda untuk memulainya dengan niat dan tekad yang kuat. Dan pastikan bisnis rumahan Anda dikelola secara professional, agar hasil yang diperoleh juga bisa maksimal. Semoga informasi tips bisnis untuk pekan ini bisa bermanfaat bagi Anda pelaku usaha dan calon pelaku usaha.

Nah itulah beberapa informasi seputar cara mengelola bisnis rumahan agar bisa berhasil... Semoga informasi tersebut bermanfaat buat anda yang membacanya.

Sumber : http://tourworldinfo.blogspot.com/

Senin, 18 Juni 2012

Cara Sukses Bisnis Budidaya Lele

Jenis ikan lele memang memiliki banyak penggemar, karena jenis ikan tersebut memiliki daging yang gurih, serta tidak memiliki banyak duri. Selain itu lele juga memiliki harga yang murah, sehingga ikan lele dapat dinikmati oleh semua kalangan. Besarnya minat pasar akan lele sering dijadikan sebagai salah satu peluang bisnis yang menggiurkan. Dari mulai bisnis kuliner lele yang beraneka macam hingga bisnis budidaya lele yang menguntungkan, mampu memberikan untung yang cukup besar. Ikan lele termasuk salah satu ikan yang budidayanya cukup mudah dan pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga banyak para pelaku bisnis yang memilih lele untuk dibudidayakan.

Langkah sukses budidaya lele

Dalam proses budidaya lele, langkah – langkah yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Proses Pemijahan

Proses pemijahan untuk mengawinkan lele jantan dan lele betina tidaklah sulit. Pemijahan yaitu proses mempertemukan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Proses ini biasanya dilakukan pada kolam – kolam khusus pemijahan, dengan mencampurkan lele jantan dan lele betina yang sudah memenuhi syarat tertentu.

Syarat indukan jantan :
* Kepala induk jantan lebih kecil dari betinanya, serta tulang kepalanya gepeng
* Warna kulit dada induk jantan lebih tua dibandingkan yang betina, serta kulitnya lebih halus daripada betina
* Kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang dibelakang anus dengan warna kemerahan
* Perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal dibanding induk betina
* Gerakan lele jantan lebih lincah dibandingkan yang betina

Syarat indukan betina :
* Kepalanya lebih besar dibandingkan induk betina
* Warna klit dada lele betina lebih terang dibandingkan yang jantan
* Kelamin induk betina berbentuk oval dan berwarna kemerahan, lubangnya lebar dan letaknya di belakang anus. Biasanya sel telur yang telah matang berwarna kuning
* Untuk induk betina biasanya geraknya tidak selincah induk jantan
* Perutnya lebih gembung dari induk jantan

Selama proses pemijahan indukan lele diberi makanan yang memiliki kadar protein cukup tinggi. Setelah diberikan protein yang cukup tinggi, induk betina siap untuk dibuahi. Sel telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi anakan lele setelah 24 jam. Setelah berumur satu minggu pisahkan hasil anakan dengan induk betina, sedangkan untuk pemindahan anakan setelah anakan berumur dua minggu.

Cara Pemindahan anakan lele :
- Mengurangi air di sarang pemijahan hingga tinggi air berkisar antara 10 cm sampai 20 cm
- Menyiapkan tempat penampungan ( baskom atau ember ) yang telah diisi air dari kolam pemijahan
- Samakan suhu kolam anakan dengan suhu kolam pemijahan
- Pindahkan anakan dari kolam pemijahan menggunakan cawan atau piring
- Kemudian pindahkan anakan ke kolam pendederan dengan hati – hati pada maalm hari, karena masih rentang terhadap tingginya suhu air

2. Pembudidayaan

Proses pembudidayaan adalah proses pembesaran bibit lele hingga berukuran siap jual berkisar antara 5 cm hingga 12 cm. Setelah anakan dipisahkan ke dalam kolam pendederan, usahakan kolam diberikan pelindung dari tingginya suhu. Biasanya dapat menggunakan penutup plastic atau menggunakan tanaman enceng gondok sebagai tanaman pelindung.

Selain pengaturan suhu kolam, dalam proses pendederan anakan ikan lele sudah boleh diberikan makan. Bisa berupa pakan alami seperti jentik jentik, kutu air, cacing kecil atau plankton yang dapat diberikan saat anakan lele berumur kurang dari 3- 4 hari. Setelah berumur 3 – 4 hari, anakan lele diperbolehkan diberikan makanan buatan dengan kadar protein serta nutrisi yang cukup tinggi. Dengan menambahkan POC NASA yang mengandung mineral penting serta protein dengan dosis 1 – 2 cc / kg pakan yang telah dicampuri sedikit air.

Untuk hasil maksimal, seekor lele dapat dipanen setelah umur 6 hingga 8 bulan. Namun kurang dari waktu tersebut, lele telah dapat dipanen jika beretnya telah mencapai 200 gram per ekor. Cara sukses dengan bisnis budidaya lele, dapat dijadikan sebagai salah contoh satu peluang usaha yang menjanjikan. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Sabtu, 16 Juni 2012

Cara Sukses Menjalankan Bisnis Budidaya Jamur

Meningkatnya jumlah kebutuhan jamur konsumsi di kalangan masyarakat, ternyata belum sebanding dengan besarnya kapasitas produksi jamur yang dihasilkan para petani di berbagai daerah. Bahkan sampai saat ini masih banyak permintaan ekspor yang belum bisa dipenuhi para pelaku usaha budidaya jamur, mengingat tingkat kebutuhan jamur di pasar lokal masih sangat tinggi. Kondisi inilah yang menjadikan prospek bisnis jamur semakin hari kian diminati pasar.

Ketertarikan masyarakat untuk menekuni bisnis budidaya jamur konsumsi tentunya tidak terlepas dari tingginya permintaan pasar dan mudahnya proses budidaya jamur. Melalui buku panduan, video tutorial, maupun pelatihan budidaya jamur, kini para pemula bisa mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman untuk bisa menekuni dunia jamur dengan mudah. Sehingga tidak heran bila saat ini jumlah petani jamur konsumsi sudah semakin berkembang di berbagai pelosok daerah.

Meskipun saat ini jumlah petani jamur semakin tumbuh subur di berbagai daerah, namun belum semuanya berhasil menjalankan bisnis tersebut hingga mencapai puncak kesuksesan. Banyak diantaranya yang menyerah di tengah jalan sehingga harus menutup bisnis jamurnya sebelum mereka meraih sukses. Tentu kejadian tersebut tidak ingin Anda alami bukan?

Untuk mengantarkan Anda menuju kesuksesan dalam berbisnis budidaya jamur, berikut ini kami informasikan beberapa cara sukses menjalankan bisnis budidaya jamur yang wajib Anda perhatikan sebelum memulai usaha.

Bekali diri Anda dengan pengetahuan di bidang jamur.
Selain membutuhkan modal uang, hal penting lainnya yang harus Anda miliki yaitu bekal pengetahuan dan pengalaman di bidang budidaya jamur. Mulai dari pengetahuan macam-macam jamur konsumsi, cara pembibitannya, bagaimana teknik pembudidayaanya, sampai cara perawatan pada saat panen dan pasca panen jamur berlangsung. Untuk memperoleh pengetahuan tersebut, Anda bisa mempelajarinya melalui buku, majalah, tabloid, ebook, video tutorial, atau belajar langsung dari ahlinya dengan mengikuti pelatihan bisnis jamur yang sekarang ini banyak diselenggarakan instansi pemerintah maupun swasta.

Pahami target pasar penjualan jamur

Kiat sukses yang kedua adalah memahami target pasar dari bisnis budidaya jamur. Pada dasarnya target pasar usaha jamur sangatlah luas. Anda bisa membidik para pembudidaya jamur lokal, nasional bahkan internasional untuk memasarkan bibit jamur yang Anda produksi. Selain itu Anda juga bisa memasarkan produk jamur segar kepada konsumen rumah tangga maupun para pelaku bisnis kuliner. Untuk membidik konsumen rumah tangga, Anda bisa mengemas jamur segar dalam ukuran sedang (misalnya ukuran 250 gram, 500 gram, dan 1 kg) lalu dipasarkan melalui pasar tradisional atau supermarket di sekitar wilayah Anda. Sedangkan untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih besar (seperti pelaku bisnis kuliner jamur, usaha catering, dll) Anda bisa menawarkan diri sebagai supplier tetap mereka untuk memenuhi kebutuhan jamur setiap harinya.

Cari mitra kerja

Segala jenis peluang usaha tentunya membutuhkan adanya mitra kerja agar bisnis tersebut bisa berkembang dengan baik. Begitu juga dalam menjalankan bisnis budidaya jamur, dengan memiliki mitra kerja, kita bisa berbagi modal, memperkuat daya tawar, memperluas strategi pemasaran jamur, serta menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang jamur, sehingga bisnis yang dijalankan bisa berjalan lancar dan terhindari dari resiko kerugian. Meskipun demikian, dalam memilih mitra kerja Anda juga harus teliti dan berhati-hati. Pilihlah partner atau mitra kerja yang benar-benar terpercaya dan memiliki visi yang sama dengan pemikiran Anda. Sehingga kemungkinan adanya perselisihan dalam bekerja bisa Anda hindari sedini mungkin.

Kelola dengan manajemen yang sehat

Usaha yang sukses selalu didukung dengan manajemen yang sehat. Begitu juga dalam menjalankan bisnis budidaya jamur, Anda harus menggunakan perhitungan yang benar-benar akurat sebelum menetapkan harga jual jamur ke pasaran. Disamping itu Anda juga harus mempersiapkan pembukuan dan administrasi untuk mencatat segala macam transaksi yang Anda lakukan selama menjalankan bisnis budidaya jamur. Hal ini penting agar segala pemasukan dan pengeluaran bisnis Anda dapat terekap dengan baik, sehingga perkembangan bisnis Anda bisa terkontrol setiap bulannya.

Sukses tidaknya bisnis budidaya jamur yang Anda jalankan, semua tergantung bagaimana cara Anda mengelolanya. Semoga dengan adanya tips bisnis ini, para pembaca tidak perlu ragu lagi untuk segera memulai bisnis budidaya jamur. Selalu ada pintu sukses bila Anda mau untuk mencarinya. Selamat berkarya dan salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Cara Sukses Bisnis Modal Kecil

Cara untuk lebih sukses menjalankan bisnis modal kecil yang paling jitu menurut saya adalah dengan membaliknya, yaitu justru menggunakan modal yang sangat besar. Gimana tidak? Kalau diisyaratkan modal sedikit eh kita malah menggunakan modal sebesar-besarnya. Tentunya bukan buang-buang modal, melainkan menggunakannya seoptimal mungkin. Kalau disebutkan tidak perlu kerja keras maka coba kerjakan sekeras mungkin. Kerja keras toh juga modal bisnis, modal untuk berbisnis toh bukan hanya uang melainkan juga bekerja keras. Gitu tuh cara suksesnya.

Sebenarnya tidak ada bisnis modal kecil yang bisa menghasilkan untung besar. Yes, memang mungkin modal uangnya tidak besar. Ketika modal uangnya kecil maka harus ada modal lainnya yang besar. Modal tersebut misalnya: ketekunan, keberanian, kecepatan, mudah bersyukur, modal ramah, punya banyak relasi, pandai beriklan, modal kegigihan, dan sebagainya. Coba bayangkan jika modal uangnya sedikit atau bahkan tanpa uang, keberanian kecil, ketekunan sedikit, teman hampir tak ada, beriklan hanya bisa sedikit, pokoknya semuanya kecil, maka dapat ditebak hasilnya. Ya kan pren?

Jika Anda mendapatkan penawaran bisnis internet yang menginsyaratkan tidak perlu cari member, tidak perlu beriklan, tidak perlu membayar uang pendaftaran, tidak perlu membuat website, dan sebagainya. Lalu anda kerjakan cara sukses ini, lakukan sebaliknya: cari member sebanyak mungkin, buat iklan segencar-gencarnya, gunakan uang untuk biaya promosi agar lebih dahsyat lagi, buat website yang cemerlang, dan sebagainya untuk bisnis yang disebutkan modal kecil tersebut. Maka Anda juga pasti lebih yakin hasil yang akan Anda peroleh bisa jauh lebih besar dibandingkan dengan mereka yang benar-benar tetap dengan MODAL KECILnya itu.

Itu deh yang saya maksudkan dengan melakukan sebaliknya: Keluarkan Modal Besar untuk bisnis modal kecil.

Semoga Anda sukses.

Sumber : http://carasukses.com/

Kamis, 14 Juni 2012

Definisi Pemasaran Terus Berubah

Definisi Pemasaran Terus Berubah seiring dengan perkembangan zaman. Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:45) bahwa “Marketing is an organization function and a set processes for creating, communicating, and delivering value to customers and for managing customer relationship in ways that benefit the organization and it stakeholders.”

Sedangkan, Definisi dari organisasi yang sama American Marketing Association di tahun yang berbeda dalam Kotler dan Keller (2012:5), definisi tersebut sedikit berubah menjadi “Marketing is the activ-ity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large. ”

Dari yang tadinya pemasaran merupakan sebuah fungsi dari organisasi menjadi sebuah aktivitas dari keseluruhan institusi. Artinya sebelumnya pemasaran memang hanya difungsikan bagi departemen pemasaran saja. Namun, pada saat ini pemasaran ruh-nya wajib dijalankan dan dijiwai oleh seluruh fungsi organisasi.

Dalam hal ini bukan berarti bagian atau departemen lain dalam organisasi saklek harus melaksanakan fungsi pemasaran sebagaimana yang dilaksanankan oleh departemen pemasaran. Tetapi, semua departemen harus menjiwai pemasaran hingga dapat meresapi visi misi perusahaan hingga dapat tersampaikan dengan jelas nilai-nilainya hingga ke pelanggan.

Departemen keuangan tidak lagi hanya menyulap laporan keuangan supaya terlihat bagus dimata para pihak yang berkepentingan saja. Departemen Keuangan, Departeman Sumberdaya, Humas, Produksi dan lain sebagainya harus menjiwai ruh Pemasaran (se’enaknya aja ya kayanya).

Sumber : http://www.ekomarwanto.com/

Selasa, 12 Juni 2012

Kiat Sukses Bisnis Kuliner

Bisnis Kuliner dan aktifitas yang berkaitan dengan dunia kuliner merupakan salah satu subjek pembicaraan yang selalu hangat dan menarik di kalangan manapun. Bisnis kuliner semakin menjamur mengikuti permintaan pasar yang sangat antusias. Ada yang menyajikan menu makanan tradisional daerah, ada pula yang memilih Chinese food, European food, bahkan tak jarang ada yang menyajikan aneka snack dan jajanan ringan atau malah minuman dan segala macam es.

Menilik dari keuntungan yang dihasilkan, bisnis kuliner ini cukup menjanjikan karena pada umumnya keuntungan yang dihasilkan besar. Sebut saja beberapa nama seperti Pancious, McDonald, Burger King, KFC, Roemah Rempah, Duck King, Honeymoon Desert, JCO, Krispy Creme, Quickly, dan aneka surga makanan lainnya, mereka menuai untung yang cukup besar hanya dari food selling mereka sampai akhirnya membuka cabang di beberapa lokasi agar dapat memenuhi permintaan pasar. Tergiur bukan melihat kesuksesan mereka?

Pun demikian, mengelola bisnis kuliner bukanlah hal yang mudah dan banyak tantangan yang harus kita lalui. Tak heran jika banyak pula pebisnis kuliner yang akhirnya gulung tikar karena tak mampu bersaing dengan rival-rival di dunia kuliner. Bahkan ada yang tak sempat mencicipi nikmatnya menuai untung di ladang kuliner. Jika Anda sedang atau berminat membuka usaha kuliner, cermati beberapa tips sukses membuka usaha kuliner berikut agar bisnis Anda tetap berjaya dan semakin diminati.

BASIC NEEDS

Parking Lot Area

Tempat yang ramai sih memang asyik dan berpotensi mengundang khalayak untuk datang ke tempat Anda. Tetapi perlu dipertimbangkan juga, apakah tempat Anda memiliki lahan parkir yang cukup luas dengan tempat yang mampu menampung cukup banyak pengunjung sekaligus, karena pada umumnya lahan parkir selalu menjadi masalah yang cukup pelik sampai saat ini.

Placement
Apakah Anda memilih daerah kampus, daerah anak sekolah atau perkantoran? Well, jika Anda membuka bisnis kuliner tentunya Anda harus mengikuti lahan di mana Anda mendirikan resto Anda. Jika memang terletak di daerah kampus, tentunya Anda harus mengikuti pangsa pasar Anda, para mahasiswa. Mereka cenderung memiliki passion pada makanan yang banyak, lezat, sehat dan murah. Untuk itu Anda harus menyesuaikan jumlah porsi, serta harga yang pas untuk kantong mereka.

Design Place
Pengunjung adalah raja, untuk itu buat mereka senyaman mungkin saat berkunjung ke tempat Anda. Pada umumnya mereka bukan hanya sekedar mencari menu makanannya saja, tetapi juga suasana. Sehingga Anda patut membuat setting ruangan dan suasana yang cozy agar mereka betah berkunjung di resto milik Anda.

Sebut saja ornamen seperti patung, kolam, pepohonan, gubuk, adalah suasana yang pada umumnya selalu menarik orang untuk berkunjung karena merasa santai dan nyaman. Jangan lupa, atur juga pencahayaan masing-masing ruangan yang Anda rancang. Agar orang tidak merasa terganggu dengan cahaya atau ruangan yang terlalu gelap.

Price
Semakin murah semakin laris? Oh ya benarkah? Tentu tidak, malah terkadang makanan yang terlalu murah menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi para konsumen. Higieniskah? Terbuat dari bahan apakah makanan tersebut? Apakah makanan itu sehat?

Well, tak perlu menekan harga terlalu rendah hanya untuk menarik perhatian pengunjung. Selama Anda menjaga kualitas dan bahan yang Anda gunakan, para pengunjung tentu akan menyadari dan tak keberatan membayar lebih untuk makanan lezat hasil karya Anda.

Service
Hal ini adalah hal yang sangat sering mendapat komplain. Apalagi jika kita menggunakan tenaga bantu pramusaji, terkadang mereka harus benar-benar dibekali dengan pendidikan dan kepiawaian melayani tamu yang baik. Jangan sembarang memilih pramusaji hanya berdasarkan salary yang rendah. Tetapi pastikan bahwa pramusaji Anda berkualitas dan dapat membantu Anda menyajikan menu demi menu istimewa dan membuat pelanggan merasa nyaman dan betah dengan pelayanan yang Anda berikan.

ADDITIONAL NEEDS:

* Selalu sediakan toilet, wastafel, tisu, tusuk gigi, asbak, sabun cuci tangan di resto Anda
* Pastikan bahwa tisu yang ada di meja makan adalah tisu khusus makan, dan jangan pernah menggunakan tisu toilet atau tisu kecantikan
* Pilih sabun cair ketimbang sabun batangan yang membuat pengunjung malah tak nyaman
* Tambahkan nuansa musik yang disesuaikan dengan placement dan selera pangsa pasar Anda
* Selalu bersihkan meja setelah konsumen pergi, dan jangan biarkan meja berantakan terlalu lama. Namun, perlu dicermati juga, bersihkan meja setelah konsumen benar-benar selesai dengan menunya

ADVERTISING NEEDS

* Iklankan resto Anda melalui berbagai media, baik cetak (banner, koran, majalah, flyer, poster, pamflet), atau elektronik (internet, TV, radio, SMS)
* Pastikan di dalam iklan yang Anda sajikan, Anda memberikan informasi yang jelas dan tidak menipu agar konsumen tidak kecewa
* Buat promo menu atau promo hari spesial agar menambah ketertarikan pengunjung datang ke resto Anda

Keramahan, kesabaran dan perhatian yang besar pada konsumen akan selalu menambah nilai bonus yang sangat besar bagi Anda. Berikan senyum dan jangan lupa ucapkan Bon Appetite! (Galeriukm).

Sumber:
http://metrotvnews.com/

Kiat Sukses Bisnis Makanan

Bisnis makanan menjadi ladang bisnis yang menarik minat banyak orang. Hal ini disebabkan Peluang Bisnis pada sektor makanan lumayan menggiurkan. Selagi manusia membutuhkan masih membutuhkan makanan maka peluang bisnis di sektor makanan sangat terbuka. Belum lagi aktivitas manusia yang tidak puas dengan memasak sendiri tetapi ingin membeli makanan yang sudah jadi.

Namun sejalan dengan Peluang Bisnis makanan yang terbuka lebar tersebut, pelaku usaha di sektor makanan juga tidak kalah banyaknya. Sebagian menuai sukses sebagian lagi akhirnya gulung tikar karena dagangan tidak laku.

Untuk dapat bertahan dan eksis pada sektor bisnis makanan ini ada beberapa kiat yang perlu ditempuh agar sukses dalam bisnis makanan, antara lain sebagai berikut:

1. Pikirkan ide bisnis makanan apa yang dipilih dan jalankan dengan kesungguhan hati.
Awali dengan analisa kemungkinan-kemungkinan bisnis makanan yang laris, kemampuan, segmen pasar,resiko dan lain-lain. Jangan lupa jika sudah yakin jalankan dengan penuh kesungguhan jangan setengah-setengah.

2. Ciptakan Sesuatu yang berbeda dan menarik perhatian dari bisnis makanan yang dijalankan.
Salah satu memenangkan persaingan bisnis kuliner adalah menciptakan sesuatu yang berbeda. Jika bisnis anda adalah bakso, buatlah bakso yang berbeda dengan bakso-bakso lainnya.

3. Ciptakan Self Belonging (Rasa Memiliki) Pada karyawan terhadap usaha kita.
Pelayanan kepada pelanggan juga memberi andil kesuksesan bisnis makanan, rasa memiliki dari karyawan mendorong mereka melakukan pekerjaan sepenuh hati dan ramah kepada pembeli.

4. Ciptakan Cita Rasa Yang enak Pada Makanan.
Ini adalah faktor terpenting dalam berbisnis makanan, rasa makanan yang enak menjadi hal yang paling dicari oleh pembeli.
Apapun bentuk bisnis makanan yang dijalankan, tantangannya adalah menciptakan sesuatu yang berbeda dari bisnis makanan yang lain. Jika mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dan bernilai positif maka Insya Allah Bisnis makanan akan lancar.(Galeriukm).

Sumber : http://galeriukm.web.id/

Keripik Bayam, Peluang Usaha Modal Kecil

Bingung menentukan usaha apa yang akan dilakukan? Usaha Keripik bayam barangkali sesuai dengan kebutuhan anda. Bisnis keripik bayam menjadi alternatif bisnis bagi anda karena cukup mudah diakukan. Selain itu menekunis bisnis keripik bayam tidak memerlukan modal usaha yang besar. Cukup dengan modal yang kecil sudah bisa menjalankan usaha ini. Keripik bayam merupakan makanan camilan alternatif dari sekian banyak makanan camilan. Meski sebagai makanan camilan, keripik bayam mengandung gizi yang cukup besar, karena bayam sendiri dikenal memiliki gizi yang tinggi.

Peluang usaha bisnis keripik bayam cukup terbuka, mengingat minat masyarakat akan makanan ini cukup besar. Disamping itu bahan baku bayam cukup banyak tersedia di sekitar kita. Dapat diperoleh dengan mudah dan harganya murah.

Analisa Usaha Sederhana Keripik Bayam

Untuk memulai usaha keripik bayam ini berikut analisa bisnis secara sederhana saja. Untuk kapasitas produksi yang lebih besar tinggal menyesuaikan saja. Misalnya saja Modal Anda adalah sebesar : Rp.20.000, maka yang bisa dilakukan untuk bisnis keripik bayam ini adalah sebagai berikut :

A. Pengeluaran Untuk Usaha Keripik Bayam
* Membeli 4 ikat bayam : Rp.2000
* Tepung kanji : Rp 2000
* Minyak goreng kecil : Rp. 6.000
* Bumbu-bumbu penyedap (bawang putih,ketumbar, kemiri, kunyit,dan bumbu penyedap) : Rp.3.000
* Plastik kecil untuk membungkus : Rp.5.000 (isi 100)
* Total Pengeluaran : Rp.18.000

B. Pemasukan dari Usaha Keripik Bayam
Sekarang mari mengalkulasikan biayanya :

Jika dalam seikat bayam Anda mampu membuat 3 bungkus bayam yang di dalam bungkus tersebut terdapat 10 lembar daun bayam yang dihargai Rp, 3.000

Maka untuk 4 ikat bayam Anda dapat membuat 12 bungkus bayam, maka omset yang Anda peroleh adalah Rp.36.000, Anda akan mendapat untung Rp.16.000.
Pemasaran Usaha Keripik Bayam

Pemasaran usaha keripik bayam cukup mudah dan sederhana. Sebagai makanan camilan keripik bayam dapat dipasarkan melalui warung-warung di sekitar anda dengan model konsinyasi(titip jual). Jika kualitas keripik bayam sudah bagus dan konsisten dalam hal mutu, serta sudah memiliki label dari dinkes anda dapat memasarkan keripik bayam di supermarket. Untuk memasarkan di pasar modern seperti supermarket memang memerlukan cara-cara tersendiri.(Galeriukm).

Sumber: http://www.ukmptk.com/

Senin, 11 Juni 2012

Faktor dan Konsep Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mempertahankan, mengembangkan, dan mendapatkan laba untuk kelangsungan perusahaan. Proses pemasaran sudah dimulai sebelum barang-barang diproduksi dan tidak berakhir setelah proses penjualan.

Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen jika menginginkan kegiatan usaha suatu perusahaan terus berjalan atau konsumen memiliki pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.

Menurut Kotler, manajemen perusahaan adalah penganalisisan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan untuk menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Suatu perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai kesuksesan perusahan, akan mengetahui cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini adalah "konsep pemasaran".

Konsep Pemasaran
Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran memiliki tujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan konsumen. Selain itu, konsep pemasaran berorientasi pada kebutuhan konsumen. Konsep pemasaran memang berbeda dengan konsep bisnis terdahulu yang berorientasi pada produk dan penjualan.

Konsep pemasaran terdiri atas tiga unsur.
• Berorientasi kepada konsumen.
• Penyusunan kegiatan pemasaran secara terperinci.
• Kepuasan konsumen.

Manajemen pemasaran pun tak dapat dipisahkan dari empat faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu manajemen pemasaran. Berikut ini empat faktor yang berpengaruh dalam manajemen pemasaran.

1. Product atau produk
Produk suatu perusahaan terbagi menjadi dua macan, yaitu produk berupa barang (seperti ponsel, motor, dan baju) dan produk yang berbentuk jasa (seperti tabungan, jasa telekomunikasi, atau jasa perawatan tubuh dan spa.

Dalam konsep produk, dikenal produk premium atau produk yang memiliki ciri khas, fitur unik, dam memiliki kelas tersendiri. Oleh karena itu, produk tersebut memiliki harga yang relative mahal. Sementara di sisi lain, ada juga konsep produk “me too”, yaitu produk yang didesain sebagai saingan atau imitator dari produk yang telah dulu ada di pasaran.

2. Promotion atau promosi
Promosi adalah langkah yang perlu dilakukan untuk memperkenalkan produk dan membujuk calon konsumen agar mengeluarkan uang untuk membeli produk yang ditawarkan. Dalam promosi, dikenal dengan adanya istilah promotion mix atau gabungan program promosi yang tergabung dalam empat elemen kunci, yaitu promosi melaui iklan, promosi publikasi, promosi melalui sales promotion, dan promosi melalui personal selling.

3. Place atau tempat
Place atau tempat berarti mengenai tempatr produk yang ditawarkan akan dijual atau dipasarkan. Place menyangkut strategi distribusi yang hendak dilakukan. Ada tiga model distribusi, yakni distribusi eksklusif, distribusi selektif, dan distribusi intensif.

Distribusi eksklusif adalah memasarkan produk barang dan jasa hanya pada outlet yang terbatas agar menjaga prestise dan reputasi produk yang ditawarkan. Contohnya, Kaos Joger yang dijual dan dipasarkan hanya di satu lokasi atau jam tangan Audemar Piaget yang hanya dipasarkan pada outlet-outlet tertentu.

Distribusi selektif adalah rangkaian produk yang hanya dijual atau dipasarkan di outlet modern atau pasar modern dan tidak dijual di pasar-pasar tradisional. Sementara itu, distribusi intensif adalah produk yang dipasarkan atau dijual ke seluruh jenis pasar, baik modern maupun tradisional, dan meliputi seluruh wilayah Indonesia.

4. Pricing atau harga
Pricing adalah strategi yang menyangkut dalam penetapkan harga produk. Seperti telah dijelaskan di atas untuk produk-produk dengan diferensiasi yang kuat, dapat menetapkan harga premium. Contohnya, motor Harley Davidson atau mobil Porsche. Selain itu, ada produk yang dijual dengan strategi low cost, contohnya jasa telepon yang ditawarkan para operator cdma.

Sementara itu, ada tiga jenis strategi penetapan harga, yaitu strategi harga berdasarkan biaya, strategi berdasarkan permintaan, dan strategi harga berdasarkan persaingan.

Sumber : http://www.anneahira.com/

Pengertian Marketing Management (Manajemen Pemasaran)

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan manusia serta terbatasnya sumber daya yang tersedia, maka pemasar dituntut untuk mengelola segala sesuatunya dengan efektif dan se-efisien mungkin. Agar semuanya itu berjalan sesuai dengan rencana, maka kita memerlukan suatu pengaturan pemasaran atau yang biasa kita sebut sebagai Manajemen Pemasaran.

Menurut American Marketing Association Phillip Kotler adalah “Marketing Management is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, and services to create exchange that satisfy individuals and organizations goals ".

Definisi ini mengatakan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu proses merencanakan dan melaksanakan konsep, penentuan harga, promosi dan distribusi dari gagasan, barang dan jasa untuk membuat suatu pertukaran yang memuaskan individu atau tujuan organisasi.

Menurut ahli pemasar lain, Kotler mengatakan bahwa:

"Marketing management as the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers through creating, delivering, and communicating superior customer value”

Definisi ini mengatakan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu gabungan antara seni dengan ilmu mengenai pemilihan target pasar, memperoleh, menjaga dan menumbuhkan pelanggan, melalui proses penciptaan, penyampaian, dan mengkomunikasikan nilai lebih yang diterima pelanggan.

Dalam usahanya untuk mencapai tujuan, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal dari perusahaan. Hal ini perlu diperhatikan karena faktor-faktor tersebut dapat menghambat atau mendukung usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan.

Banyak orang mengira bahwa pemasaran hanya terbatas, pada memasarkan dan mengiklankan suatu produk. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Marketing atau pemasaran tidak terbatas pada menjual serta mengiklankan barang atau jasa sehingga dapat dijual saja akan tetapi sesungguhnya pemasaran lebih luas dan lebih kompleks.

Menurut Kotler, yang dimaksud dengan marketing ialah

“A social and managerial process by which individuals and groups obtain with they need and want through creating and exchanging product and value with other.”

Yang dapat diterjemahkan secara bebas sebagai : "Suatu proses sosial dan manajerial tentang bagaimana suatu individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan yang lain (orang lain)".

Pada intinya konsep pemasaran merupakan perwujudan dari keinginan, kebutuhan dan permintaan manusia yang dijabarkan dalam bentuk produk dengan tujuan memuaskan keinginan manusia sehingga marketing dapat terjadi apabila seseorang memutuskan untuk mempertukarkan suatu barang demi memuaskan keinginan dan kebutuhannya.

Dari definisi di atas, kita melihat bahwa ada beberapa aspek yang menjadi inti dari definisi tersebut. Salah satunya menyebutkan tentang konsep perencanaan di bidang harga, promosi, distribusi yang biasa tercakup di dalam Marketing Mix.

Sumber : http://punyalea.blogspot.com/

Personal Selling

Salah satu alat dari bauran promosi adalah personal selling. Yang merupakan saluran promosi yang bersifat pribadi dan mencakup dua orang atau lebih.
Personal Selling menurut William J. Stanton (1994 : 410) adalah :
“Personal selling is the presentation of a product to a prospective costumer by a representative of the selling organization”.
“Penjualan personil adalah persentasi produk untuk calon konsumen dari wakil penjualan atau organisasi”

Sedangkan menurut Phillip Kotler (1993:376) adalah :
“Penjualan personal adalah potensi lisan dalam pembicaraan dengan salah satu atau lebih calon pembeli untuk tujuan melakukan penjualan”.

Sedangkan menurut Eugene M. Johnson, David L. Kurtz, Eberhard E. Scheuing (1994 ; 5) mendefinisikan personal selling adalah :
“Personal selling is a critical aspect of a firm’s promotional strategy. When currectly used and done well., it is a major factor in generating sales volume it is a part of promotion that brings a human element into marketing trnsaction. It makes it possible for the buyer to act immediately and simplifies the handling of individual costomer problems. This is the role and nature of the business function that sales managers must supervise”.

“Penjualan personil adalah aspek kritis dari strategi perusahaan. Kapan digunakan dengan benar dan berhasil dengan baik, ini adalah faktor utama dalam generasi volume penjualan ini adalah bagian dari promosi yang membawa unsur manuasia ke dalam transaksi pemasaran.Membuat jadi mungkin bagi pembeli dengan cepat melakukan dan menyederhanakan penanganan masalah dari para konsumen. Ini adalah peraturan dan sifat dari fungsi bisnis bahwa manajer penjualan harus melakukan pengawasan”

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa personal selling merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam strategi promosi perusahaan, dimana penjualan berhubungan langsung secara pribadi dengan calon pembeli. Dengan maksud menawarkan dan memberi mengenai barang, jasa dan ide yang menyebabkan terjadinya kombinasi antara pihak penjualan dengan pembeli.

Tujuan Personal Selling
Personal Selling salah satu alat promosi, tentunya merupakan ujung tombak bagi perusahaan yang menetapkannya dalam menghadapi dunia persaingan pada pasar yang dituju.
Philip Kotler (1993:367) menyatakan :
“Bahwa tujuan dari personal selling adalah untuk melakukan penjualan dengan menamakan pilihan pembeli, keyakinan pembeli and tindakan pembeli pada tingkat tertentu dalam proses pembelian”.

Penjualan tatap muka adalah alat bauran promosi antar pribadi dua arah antara wiraniaga dan pelanggan individual, tatap muka ini dapat melalui telepon, konferensi video atau dengan cara komunikasi lainnya. Contoh keefektifannya adalah mereka dapat bertanya kepada pelanggan untuk dapat mengetahui lebih jauh masalah mereka dan mereka dapat membina hubungan pribadi jangka panjang dengan si pengambil keputusan kunci.

Personal Selling mempunyai beberapa sifat atau ciri khas tertentu yaitu :
1. Tatap muka secara peorangan (Convertation), yaitu penjualan seseorang mencakup hubungan yang hidup langsung dan bersifat timbal balik antara dua orang atau lebih.
2. Pemupukan (Cultivation), yaitu penjualan perorangan memungkinkan timbulnya berbagai macam hubungan yang erat. Seseorang wiraniaga yang efektif biasanya mengingat-ingat minat dari konsumennya, jika mereka menghendaki hubungan yang langgeng.
3. Tanggap balik (Respon), yaitu penjualan perorangan yang menjadikan pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan apa yang dibicarakan oleh seorang wiraniaga. Dengan ini diharapkan konsumen akan memberikan tanggapannya.

Bentuk-bentuk Personal Selling
Menurut Saladin (1991;163) ada beberapa kegiatan dalam melaksanakan personal selling yaitu sebagai berikut :
1. Field Selling, yaitu tenaga penjual yang melakukan penjualan diluar perusahaan dengan mendatangi konsumen dar I rumah ke rumah atau dari perusahaan ke perusahaan lainnya. Field Selling meliputi :
a. Penjualan Langsung, yaitu penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah untuk menjajakan barang jualannya. Penjualan ini sangat menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
b. Penjualan Otomatis, yaitu penjualan yang dilakukan dengan menggunakan mesin yang telah dipasang secara otomatis yang selalu memberikan pelayanan 24 jam.
c. Jasa Pembelian, yaitu badan usaha yang memberikan produknya berupa jasa seperti : Sekolah, Rumah Sakit, Asuransi dan Bank.
2. Retail Selling, yaitu tenaga penjual yang melakukan penjualannnya dengan melayani konsumen yang dating ke perusahaan.
3. Executive Selling, merupakan hubungan yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan dengan pemimpin perusahaan lainnya atau dengan pemerintah, dengan tujuan melakukan penjualan.

Proses Personal Selling
William J. Stanton (1994 ; 402-404) mengelompokkan personal selling dalam beberapa tahap yaitu :
A. Persiapan Sebelum Penjualan (Presale Ppreparation)
Pertama perusahaan harus memepersiapkan salesmannya. Usaha ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian kepada mereka tentang produk yang akan dijual, pasar yang akan dituju, keadaan persaingan, prinsip-prinsip salesmanship dan pengetauan-pengetahuan lain yang berhubungan dengan penjualan.
B. Pendekatan Kepada Individu (Preapproach to Individual Prospect)
Sebelum melakukan penjualan maka salesman perlu mempelajari individu atau perusahaan yang dapat diharapkan menjadi pembelinya tentang : kebiasaan membeli, kesukaan, atau selera konsumen, barang-barang yang digunakan, reaksi konsumen terhadap perusahaan yang akan ditawarkan salesman.
C. Melakukan Penjualan
Penjualan yang dilakukan bermula dari suatu usaha yang memikat perhatian konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui keinginan mereka, yang selanjutnya diikuti penjualan oleh salesman.
D. Pelayanan Sesudah Penjualan
Kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan pembeli dipenuhi, tetapi mesih perlu dilanjutkan dengan pelayanan kepada mereka. Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk penjualan barang-barang.

Beberapa pelayanan yang biasanya diberikan adalah :
1. Pemberian garansi
2. Pemberian jasa reparasi
3. Latihan tenaga-tenaga operasi dan cara penjulannya
Dalam tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau pertanggung jawaban yang kurang baik dari pembeli, karena hal ini akan berkaitan dengan kepuasan konsumen.

Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Personal Selling
Keuntungan dalam penggunaan personal selling :

1. Salesman mencari dan memilih calon pembeli potensial, sehingga kemungkinan terjadinya penjualan lebih besar.
2. Dapat memperagakan cara-cara penggunaan barang secara langsung kepada calon pembeli, sekaligus menonjolkan kelebihan produk-produk tersebut
3. Dapat memberikan jawaban-jawaban kepada calon pembeli dan memberikan penjelasan atas keluhannya dan dengan keterampilannya salesman dapat membuat calon pembeli yang semula tidak tertarik untuk membeli produk tersebut.
4. Dapat membantu calon pembeli dengan memberikan petunjuk atau nasehat tentang jenis barang yang akan dibeli.
5. Salesman dapat mengunjungi langganan secara taratur, menanyakan pesanan-pesanan selanjutnya, sehingga langganan tidak sampai kehabisan barang dan perusahaan dapat meningkatkan penjualannya.

Sedangkan kelemahan personal selling adalah :
1. Biaya operasi yang cukup tinggi
2. Sulit mendapatkan salesman yang ahli dibidangnya
3. Terbatasnya waktu pelatihan

William J. Stanton (1994 ; 481) mengatakan :
Kebaikan personal selling adalah :

1. Lebih fleksibel dan dapat beradaptasi pada situasi pembelian yang beraneka ragam.
2. Kemungkinan gagalnya usaha lebih sedikit karena usaha difokuskan pada sasaran yang memenuhi syarat.
3. Memungkinkan untuk membawa calon pelangganj melalui proses bujukan yang masuk akal sehingga terjadi penjualan.
4. Memungkinkan untuk mendeteksi perhatian dan keterkaitan pelanggan yang hilang dan mendorongnya kembali dengan pengulangan yang sering.
5. Hubungan jangka panjang yang relatif dapat membuat penjualan selanjutnya lebih efektif.
6. Tenaga penjual dapat mengumpulkan informasi sehingga membantu perusahaan dalam membuat strategi berkala dan penyesuaian teknis.

Sedangkan keburukannya adalah :
1. Biaya operasi personal selling cukup mahal.
2. Sulit untuk merekrut tenaga penjual yang tepat, yang mempunyai potensi dan kemampuan menjual serta setia pada perusahaan.
3. Kesetiaan pelanggan hilang ketika tenaga penjual pensiun atau keluar dari perusahaan.

Sumber : http://www.ilmumanajemen.com/

Minggu, 10 Juni 2012

Empat Pilar Manajemen Pemasaran

Dalam ilmu pemasaran, dikenal adanya elemen 4 P atau merupakan singkatan dari product, promotion, place dan price. Mari kita membahasnya satu per satu secara renyah, dengan disertai beragam contoh aktual.

Toyota Kijang Innova, Sepatu Nike, ponsel Nokia, Busway, tabungan BCA, ataupun praktek tukang gigi dan jasa paranormal, merupakan contoh beragam produk yang siap dipasarkan. Ada produk yang berupa barang berbentuk fisik (seperti rokok, ponsel, ataupun sepeda motor), dan adapula yang berbentuk jasa, semacam jasa tabungan, jasa telekomunikasi, ataupun jasa perawatan tubuh dan spa.

Dalam konsep produk, kita mengenal produk premium atau produk yang memiliki diferensiasi, fitur unik, dan berkelas, sehingga layak diberi harga yang lebih mahal. Contoh : mobil BMW, Porsche, jam tangan Gucci, dasi Giani Versace ataupun laptop Fujitsu. Pada sisi lain, terdapat konsep produk me too, yakni produk yang didesain dengan menjadi imitator dari produk yang lebih dulu masuk ke pasar dan sukses. Giv adalah me too dari Lux ataupun HiTech adalah ponsel lokal yang mencoba meniru aneka produk Nokia.

Promosi adalah langkah yang perlu dilakukan untuk mengenalkan dan juga membujuk para calon pembeli agar mau mengeluarkan uang buat membeli produk kita. Dalam promosi sendiri dikenal adanya promotion mix, atau kombinasi program promosi yang berujud dalam empat elemen kunci, yakni promosi melalui iklan, melalui publikasi, melalui sales promotion, dan melalui personal selling.

Place artinya apakah produk kita akan dijual di lapak kakilima atau di outlet megah Metro di Plaza Senayan. Place menyangkut strategi distribusi yang hendak kita lakukan. Terdapat toga model distribusi, yakni distribusi eksklusif, distribusi selektif, dan distribusi intensif. Distribusi eksklusif hanya memasarkan produk dan jasa pada outlet yang terbatas guna menjaga prestise dan reputasi produk. Kaos Joger misalnya hanya dipasarkan di satu lokasi, yakni di Kuta, Bali. Sementara jam tangan Audemar Piaget juga hanya dipasarkan pada outlet terpilih di mal-mal kelas atas. Distribusi selektif adalah rangkaian produk yang misalnya hanya dijual di outlet modern, semacam Carefour, Hero dan Indomart, dan tidak dijual di pasar-pasar tradisional. Sementara distribusi intensif merupakan produk yang dipasarkan ke seluruh jenis pasar, baik modern ataupun tradisional, dan mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Pricing adalah menyangkut strategi kita dalam menetapkan harga produk. Seperti disebutkan diatas, untuk produk-produk dengan diferensiasi yang kuat, kita bisa menetapkan harga premium. Misalnya adalah sepeda motor Harley Davidson ataupun mobil Porsche. Ada juga produk yang dijual dengan strategi low cost. Misal jasa telpon yang ditawarkan para operator cdma seperti Esia dan Fleksi.

Selain itu, terdapat tiga jenis strategi penetapan harga. Yang pertama adalah strategi harga berdasarkan biaya, dimana pemasar menentukan harga dengan menghitung biaya-biaya, biaya overhead, dan kemudian menambahkan margin keuntungan yang diinginkan. Strategi kedua adalah strategi harga berdasarkan permintaan, atau pemasar menentukan harga setelah meneliti keinginan konsumer dan memastikan range harga yang dapat diterima oleh target pasar. Yang terakhir adalah strategi harga berdasar pola persaingan. Disini pemasar menentukan harga berdasar kondisi harga yang ditawarkan pesaing. Harga mungkin berada di bawah pasar, sesuai pasar, atau di- atas pasar, tergantung pada kesetiaan pelanggan, reputasi, dan kondisi lingkungan persaingan.

Sumber : http://rajapresentasi.com/

Sabtu, 09 Juni 2012

Budaya Organisasi

Sebagian para ahli seperti Stephen P. Robbins, Gary Dessler (1992) dalam bukunya yang berjudul “Organizational Theory” (1990), memasukan budaya organisasi kedalam teori organisasi. Sementara Budaya perusahaan merupakan aplikasi dari budaya organisasi dan apabila diterapkan dilingkungan manajemen akan melahirkan budaya manajemen. Budaya organisasi dengan budaya perusahan sering disalingtukarkan sehingga terkadang dianggap sama, padahal berbeda dalam penerapannya.

Kita tinjau Pengertian budaya itu sendiri menurut : “The International Encyclopedia of the Social Science” (1972) dpat dilihat menurut dua pendekatan yaitu pendekatan proses (process-pattern theory, culture pattern as basic) didukung oleh Franz Boas (1858-1942) dan Alfred Louis Kroeber (1876-1960).

Bisa juga melalui pendekatan structural-fungsional (structural-functional theory, social structure as abasic) yang dikembangkan oleh Bonislaw Mallllinowski (1884-1942) dan Radclife-Brown yang kemudians dari dua pendekatan itu Edward Burnett Tylor (1832-1917 secara luas mendefinisikan budaya sebagai :”…culture or civilization, taken in its wide ethnographic ense, is that complex whole wich includes knowledge,belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a memmmber of society” atau Budaya juga dapat diartikan sebagai : “Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar(Koentjaraningrat, 2001: 72) sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan”(Danim, 2003:148).

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita lebih memahami budaya dari sudut sosiologi dan ilmu budaya, padahal ternyata ilmu budaya bisa mempengaruhi terhadap perkembangan ilmu lainnya seperti ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga ada beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya organisasi (organization culture) atau budaya kerja (work culture) ataupun biasa lebih dikenal lebih spesifik lagi dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture). Sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kultur pembelajaran sekolah (school learning culture) atau Kultur akademis (Academic culture)

Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, ethos kerja yang terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.

Fungsi pimpinan sebagai pembentuk Kultur akademis diungkapkan oleh Peter, Dobin dan Johnson (1996) bahwa :
Para pimpinan sekolah khususnya dalam kapasitasnya menjalankan fungsinya sangat berperan penting dalam dua hal yaitu : a)Mengkonsepsitualisasikan visi dan perubahan dan b)Memiliki pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk mengtransformasikan visi menjadi etos dan kultur akademis kedalam aksi riil (Danim, Ibid., P.74).

Jadi terbentuknya Kultur akademis bisa dicapai melalui proses tranformasi dan perubahan tersebut sebagai metamorfosis institusi akademis menuju kultur akademis yang ideal. Budaya itu sendiri masuk dan terbentuk dalam pribadi seorang dosen itu melalui adanya adaptasi dengan lingkungan, pembiasaan tatanan yang sudah ada dalam etika pendidikan ataupun dengan membawa sistem nilai sebelumnya yang kemudian masuk dan diterima oleh institusi tersebut yang akhirnya terbentuklah sebuah budaya akademis dalam sebuah organisasi.

Pola pembiasaan dalam sebuah budaya sebagai sebuah nilai yang diakuinya bisa membentuk sebuah pola prilaku dalam hal ini Ferdinand Tonnies membagi kebiasaan kedalam beberapa pengertian antara lain :
a) Kebiasaan sebagai suatu kenyataan objektif sehari-hari yang merupakan sebuah kelajiman baik dalam sikap maupun dalam penampilan sehari-hari. Seorang pendidik sebagai profesionalis biasa berpenampilan rapi, berdasi dan berkemeja dan bersikap formal, sangat lain dengan melihat penampilan dosen institut seni yang melawan patokan formal yang berlaku didunia pendidikan dengan berpakaian kaos dan berambut panjang.
b) Kebiasaan sebagai Kaidah yang diciptakan dirinya sendiri yaitu kebiasaan yang lahir dari diri pendidik itu sendiri yang kemudian menjadi ciri khas yang membedakan dengan yang lainnya.
c) Kebiasaan sebagai perwujudan kemauan untuk berbuat sesuatu yaitu kebiasaan yang lahir dari motivasi dan inisatif yang mencerminkan adanya prestasi pribadi.
(Soekanto, loc.cit, P. 174)

Pengertian budaya yang penulis teliti lebih banyak berhubungan dengan kepribadian dan sikap dosen dalam menyikapi pekerjaannya (profesionality), rekan kerjanya, kepemimpinan dan peningkatan karakter internal (maturity character) terhadap lembaganya baik dilihat dari sudut psikologis maupun sudut biologis seseorang. Dimana budaya akademis secara aplikatif dapat dilihat ketika para anggota civitas akademika sudah mempraktikan seluruh nilai dan sistem yang berlaku di perguruan tinggi dalam pribadinya secara konsisten.

Budaya dan kepribadian
Oleh karena budaya secara individu itu berkorelasi dengan kepribadian, sehingga budaya berhubungan dengan pola prilaku seseorang ketika berhadapan dengan sebuah masalah hidup dan sikap terhadap pekerjaanya. Didalamnya ada sikap reaktif seorang pendidik terhadap perubahan kebijakan pemerintah dalam otonomi kampus sebagaimana yang terjadi, dimana dengan adanya komersialisasi kampus bisakah berpengaruh terhadap perubahan kultur akademis penididik dalam sehari-harinya.

Dilihat dari unsur perbedaan budaya juga menyangkut ciri khas yang membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain ataupun yang membedakaan antara profesi yang satu dengan profesi yang lain. Seperti perbedaan budaya seorang dokter dengan seorang dosen, seorang akuntan dengan seorang spesialis, seorang professional dengan seorang amatiran.

Ciri khas ini bisa diambil dari hasil internalisasi individu dalam organisasi ataupun juga sebagai hasil adopsi dari organisasi yang mempengaruhi pencitraan sehingga dianggap sebagai kultur sendiri yang ternyata pengertiannya masih relatif dan bersifat abstrak. Kita lihat pengertian budaya yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Soerjono Soekanto mendefinisikan budaya sebagai : “Sebuah system nilai yang dianut seseorang pendukung budaya tersebut yang mencakup konsepsi abstrak tentang baik dan buruk. atau secara institusi nilai yang dianut oleh suatu organisasi yang diadopsi dari organisasi lain baik melalui reinventing maupun re-organizing” (Ibid, Soerjono Soekanto, P. 174)

Budaya juga tercipta karena adanya adopsi dari organisasi lainnya baik nilai, jargon, visi dan misi maupun pola hidup dan citra organisasi yang dimanefestasikan oleh anggotanya. Seorang pendidik sebagai pelaku organisasi jelas berperan sangat penting dalam pencitraan kampus jauh lebih cepat karena secara langsung berhadapan dengan mahasiswa yang bertindak sebagai promotor pencitraan di masyarakat sementara nilai pencitraan sebuah organisasi diambil melalui adanya pembaharuan maupun pola reduksi langsung dari organisasi sejenis yang berpengaruh dalam dunia pendidikan.

Sebuah nilai budaya yang merupakan sebuah sistem bisa menjadi sebuah asumsi dasar sebuah organisasi untuk bergerak didalam meningkatkan sebuah kinerjanya yang salah satunya terbentuknya budaya yang kuat yang bisa mempengaruhi. McKenna dan Beech berpendapat bahwa : „Budaya yang kuat mendasari aspek kunci pelaksaan fungsi organisasi dalam hal efisiensi, inovasi, kualitas serta mendukung reaksi yang tepat untuk membiasakan mereka terhadap kejadian-kejadian, karena etos yang berlaku mengakomodasikan ketahanan“ (McKenna, etal, Terj. Toto Budi Santoso , 2002: 19)

Sedang menurut Talizuduhu Ndraha mengungkapkan bahwa “Budaya kuat juga bisa dimaknakan sebagai budaya yang dipegang secara intensif, secara luas dianut dan semakin jelas disosialisasikan dan diwariskan dan berpengaruh terhadap lingkungan dan prilaku manusia” (Ndraha, 2003:123).

Budaya yang kuat akan mendukung terciptanya sebuah prestasi yang positif bagi anggotanya dalam hal ini budaya yang diinternalisasikan pihak pimpinan akan berpengaruh terhadap sistem prilaku para pendidik dan staf dibawahnya baik didalam organisasi maupun diluar organisasi.

Sekali lagi kalau Budaya hanya sebuah asumsi penting yang terkadang jarang diungkapkan secara resmi tetapi sudah teradopsi dari masukan internal anggota organisasi lainnya. Vijay Sathe mendefinisikan budaya sebagai “The sets of important assumption (opten unstated) that member of a community share in common” (Sathe, 1985: 18) Begitu juga budaya sebagai sebuah asumsi dasar dalam pembentukan karakter individu baik dalam beradaptasi keluar maupun berintegrasi kedalam organisasi lebih luas diungkapkan oleh Edgar H. Schein bahwa budaya bisa didefinisikan sebagai :
“A pattern of share basic assumption that the group learner as it solved its problems of external adaptation anda internal integration, that has worked well enough to be considered valid and therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to these problems”.
(Schein, 1992:16)

Secara lengkap Budaya bisa merupakan nilai, konsep, kebiasaan, perasaan yang diambil dari asumsi dasar sebuah organiasasi yang kemudian diinternalisasikan oleh anggotanya. Bisa berupa prilaku langsung apabila menghadapi permasalahan maupun berupa karakter khas yang merupakan sebuah citra akademik yang bisa mendukung rasa bangga terhadap profesi dirinya sebagai dosen, perasaan memiliki dan ikut menerapkan seluruh kebijakan pimpinan dalam pola komunikasi dengan lingkungannya internal dan eksternal belajar. Lingkungan pembelajaran itu sendiri mendukung terhadap pencitraan diluar organisasi, sehingga dapat terlihat sebuah budaya akan mempengaruhi terhadap maju mundurnya sebuah organisasi. Seorang professional yang berkarakter dan kuat kulturnya akan meningkatkan kinerjanya dalam organisasi dan secara sekaligus meningkatkan citra dirinya.

Organisasi dan budaya
Membahas budaya, jelas tidak bisa lepas dari pengertian organisasi itu sendiri dan dapat kita lihat beberapa pendapat tentang organisasi yang salah satunya diungkapkan Stephen P. Robbins yang mendefinisikan organisasi sebagai “…A consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary that function or relatively continous basis to achieve a common goal or set of goal”. (Robbins, 1990: 4) Sedangkan Waren B. Brown dan Dennis J. Moberg mendefinisikan organisasi sebagai “…. A relatively permanent social entities characterized by goal oriented behavior, specialization and structure” (Brown,etal,1980:6) Begitu juga pendapat dari Chester I. Bernard dari kutipan Etzioni dimana organisasi diartikan sebagai “Cooperation of two or more persons, a system of conciously coordinated personell activities or forces” (Etzioni, 1961:14.)

Sehingga organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa juga dilihat sebagai living organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.

Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya akademis. Untuk lebih menyesuaikan dengan spesifikasi penelitian penulis mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah budaya akademis.

Menurut Umar Nimran mendefinisikan budaya organisasi sebagai “Suatu sistem makna yang dimiliki bersama oleh suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain” (Umar Nimran, 1996: 11)

Sedangkan Griffin dan Ebbert (Ibid, 1996:11) dari kutipan Umar Nimran Budaya organisasi atau bisa diartikan sebagai “Pengalaman, sejarah, keyakinan dan norma-norma bersama yang menjadi ciri perusahaan/organisasi” Sementara Taliziduhu Ndraha Mengartikan Budaya organisasi sebagai “Potret atau rekaman hasil proses budaya yang berlangsung dalam suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini”( op.cit , Ndraha, P. 102) Lebih luas lagi definisi yang diungkapkan oleh Piti Sithi-Amnuai (1989) dalam bukunya “How to built a corporate culture” mengartikan budaya organisasi sebagai :
A set of basic assumption and beliefs that are shared by members of an organization, being developed as they learn to cope with problems of external adaptation and internal integration. (Pithi Amnuai dari kutipan Ndraha, p.102)
(Seperangkat asumsi dan keyakinan dasar yang dterima anggota dari sebuah organisasi yang dikembangkan melalui proses belajar dari masalah penyesuaian dari luar dan integarasi dari dalam)

Hal yang sama diungkapkan oleh Edgar H. Schein (1992) dalam bukunya “Organizational Culture and Leadershif” mangartikan budaya organisasi lebih luas sebagai :
“ …A patern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to these problems. (loc.cit, Schein, P.16)

(“… Suatu pola sumsi dasar yang ditemukan, digali dan dikembangkan oleh sekelompok orang sebagai pengalaman memecahkan permasalahan, penyesuaian terhadap faktor ekstern maupun integrasi intern yang berjalan dengan penuh makna, sehingga perlu untuk diajarkan kepada para anggota baru agar mereka mempunyai persepsi, pemikiran maupun perasaan yang tepat dalam mengahdapi problema organisasi tersebut).

Sedangkan menurut Moorhead dan Griffin (1992) budaya organisasi diartikan sebagai :
Seperangkat nilai yang diterima selalu benar, yang membantu seseorang dalam organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat diterima dan tindakan mana yang tidak dapat diterima dan nilai-nilai tersebut dikomunikasikan melalui cerita dan cara-cara simbolis lainnya (McKenna,etal, op.cit P.63).

Amnuai (1989) membatasi pengertian budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota sebuah organisasi dari hasil proses belajar adaptasi terhadap permasalahan ekternal dan integrasi permasalahan internal.

Organisasi memiliki kultur melalui proses belajar, pewarisan, hasil adaptasi dan pembuktian terhadap nilai yang dianut atau diistilahkan Schein (1992) dengan considered valid yaitu nilai yang terbukti manfaatnya. selain itu juga bisa melalui sikap kepemimpinan sebagai teaching by example atau menurut Amnuai (1989) sebagai “through the leader him or herself” yaitu pendirian, sikap dan prilaku nyata bukan sekedar ucapan, pesona ataupun kharisma.

Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa budaya organisasi diartikan sebagai kristalisasi dari nilai-nilai serta merupakan kepercayaan maupun harapan bersama para anggota organisasi dalam hal ini dosen di STIMIK Bani Saleh yang diajarkan dari generasi yang satu kegenerasi yang lain dimana didalamnya ada perumusan norma yang disepakati para anggota organisasi, mempunyai asumsi, persepsi atau pandangan yang sama dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam organisasi.

Hal-hal yang mempengaruhi budaya organisasi
Menurut Piti Sithi-Amnuai bahwa : “being developed as they learn to cope with problems of external adaptation anda internal integration (Pembentukan budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi).( Opcit Ndraha, P.76).

Pembentukan budaya akademisi dalam organisasi diawali oleh para pendiri (founder) institusi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan organisasi.
2. Ia menggali dan mengarahkan sumber-sumber baik orang yang sepaham dan setujuan dengan dia (SDM), biaya dan teknologi.
3. Mereka meletakan dasar organisasi berupa susunan organisasi dan tata kerja.

Menurut Vijay Sathe dengan melihat asumsi dasar yang diterapkan dalam suatu organisasi yang membagi “Sharing Assumption”( loc.cit Vijay Sathe, p. 18) Sharing berarti berbagi nilai yang sama atau nilai yang sama dianut oleh sebanyak mungkin warga organisasi. Asumsi nilai yang berlaku sama ini dianggap sebagai faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi yang dapat dibagi menjadi :
a). Share thing, misalnya pakaian seragam seperti pakaian Korpri untuk PNS, batik PGRI yang menjadi ciri khas organisasi tersebut.
b). Share saying, misalnya ungkapan-ungkapan bersayap, ungkapan slogan, pemeo seprti didunia pendidikan terdapat istilah Tut wuri handayani, Baldatun thoyibatun wa robbun ghoffur diperguruan muhammadiyah.
c). Share doing, misalnya pertemuan, kerja bakti, kegiatan sosial sebagai bentuk aktifitas rutin yang menjadi ciri khas suatu organisasi seperti istilah mapalus di Sulawesi, nguopin di Bali.
d). Share feeling, turut bela sungkawa, aniversary, ucapan selamat, acara wisuda mahasiswa dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut pendapat dari Dr. Bennet Silalahi bahwa budaya organisasi harus diarahkan pada penciptaan nilai (Values) yang pada intinya faktor yang terkandung dalam budaya organisasi. (Silalahi,2004:8) harus mencakup faktor-faktor antara lain : Keyakinan, Nilai, Norma, Gaya, Kredo dan Keyakinan terhadap kemampuan pekerja

Untuk mewujudkan tertanamnya budaya organisasi tersebut harus didahului oleh adanya integrasi atau kesatuan pandangan barulah pendekatan manajerial (Bennet, loc.cit, p.43) bisa dilaksanakan antara lain berupa :
a) Menciptakan bahasa yang sama dan warna konsep yang muncul.
b) Menentukan batas-batas antar kelompok.
c) Distribusi wewenang dan status.
d) Mengembangkan syariat, tharekat dan ma’rifat yang mendukung norma kebersamaan.
e) Menentukan imbalan dan ganjaran
f) Menjelaskan perbedaan agama dan ideologi.

Selain share assumption dari Sathe, faktor value dan integrasi dari Bennet ada beberapa faktor pembentuk budaya organisasi lainnya dari hasil penelitian David Drennan selama sepuluh tahun telah ditemukan dua belas faktor pembentuk budaya organisasi /perusahaan/budaya kerja/budaya akdemis (Republika, 27 Juli 1994:8) yaitu :
1) Pengaruh dari pimpinan /pihak yayasan yang dominan
2) Sejarah dan tradisi organisasi yang cukup lama.
3) Teknologi, produksi dan jasa
4) Industri dan kompetisinya/ persaingan antar perguruan tinggi.
5) Pelanggan/stakehoulder akademis
6) Harapan perusahaan/organisasi
7) Sistem informasi dan kontrol
8) Peraturan dan lingkungan perusahaan
9) Prosedur dan kebijakan
10) Sistem imbalan dan pengukuran
11) Organisasi dan sumber daya
12) Tujuan, nilai dan motto.

Budaya dengan profesionalisme
Dalam perkembangan berikutnya dapat kita lihat ada keterkaitan antara budaya dengan disain organisasi atau hubungan budaya dengan keberhasilan suatu perguruan tinggi sesuai dengan design culture yang akan diterapkan. Untuk memahami disain organisasi tersebut, Harrison ( McKenna, etal, 2002: 65) membagi empat tipe budaya organisasi :

1. Budaya kekuasaan (Power culture)
Budaya ini lebih mempokuskan sejumlah kecil pimpinan menggunakan kekuasaan yang lebih banyak dalam cara memerintah. Budaya kekuasaan juga dibutuhkan dengan syarat mengikuti esepsi dan keinginan anggota suatu organisasi.

Seorang dosen, seorang guru dan seorang karyawan butuh adanya peraturan dan pemimpin yang tegas dan benar dalam menetapkan seluruh perintah dan kebijakannya. Kerena hal ini menyangkut kepercayaan dan sikap mental tegas untuk memajukan institusi organisasi. Kelajiman diinstitusi pendidikan yang masih meenganut manajemen keluarga, peranan pemilik institusi begitu dominan dalam pengendalian sebuah kebijakan institusi akademis, terkadang melupakan nilai profesionalisme yang justru hal inilah salah satu penyebab jatuh dan mundurnya sebuah perguruan tinggi.

2. Budaya peran (Role culture)
Budaya ini ada kaitannya dengan prosedur birokratis, seperti peraturan organisasi dan peran/jabatan/posisi spesifik yang jelas karena diyakini bahwa hal ini akan mengastabilkan sistem. Keyakinan dan asumsi dasar tentang kejelasan status/posisi/peranan yang jelas inilah akan mendorong terbentuknya budaya positif yang jelas akan membantu mengstabilkan suatu organisasi. Bagi seorang dosen tetap jauh lebih cepat menerima seluruh kebijakan akademis daripada dosen terbang yang hanya sewaktu-waktu hadir sesuai dengan jadwal perkuliahan. Hampir semua orang menginginkan suatu peranan dan status yang jelas dalam organisasi.

Bentuk budaya ini kalau diterapkan dalam budaya akademis dapat dilihat dari sejauhmana peran dosen dalam merancang, merencanakan dan memberikan masukan (input) terhadap pembentukan suatu nilai budaya kerja tanpa adanya birokarasi dari pihak pimpinan. Jelas masukan dari bawah lebih independen dan dapat diterima karena sudah menyangkut masalah personal dan bisa didukung oleh berbagai pihak melalui adanya perjanjian psikologis antara pimpinan dengan dosen yang dibawahnya. Budaya peran yang diberdayakan secara jelas juga akan membentuk terciptanya profesionalisme kerja seorang dosen dan rasa memiliki yang kuat terhadap peran sosialnya di kampus serta aktifitasnya diluar keegiatan akademis dan kegiatan penelitian.

3. Budaya pendukung (Support culture)
Budaya dimana didalamnya ada kelompok atau komunitas yang mendukung seseorang yang mengusahakan terjadinya integrasi dan seperangkat nilai bersama dalam organisasi tersebut. Selain budaya peran dalam menginternalisasikan suatu budaya perlu adanya budaya pendukung yang disesuaikan dengan kredo dan keyakinan anggota dibawah. Budaya pendukung telah ditentukan oleh pihak pimpinan ketika organisasi/institusi tersebut didirikan oleh pendirinya yang dituangkan dalam visi dan misi organisasi tersebut. Jelas didalamnya ada keselaran antara struktur, strategi dan budaya itu sendiri. Dan suatu waktu bisa terjadi adanya perubahan dengan menanamkan budaya untuk belajar terus menerus (longlife education)

4. Budaya prestasi (Achievement culture)
Budaya yang didasarkan pada dorongan individu dalam organisasi dalam suasana yang mendorong eksepsi diri dan usaha keras untuk adanya independensi dan tekananya ada pada keberhasilan dan prestasi kerja. Budaya ini sudah berlaku dikalangan akademisi tentang independensi dalam pengajaran, penelitian dan pengabdian serta dengan pemberlakuan otonomi kampus yang lebih menekankan terciptanya tenaga akademisi yang profesional, mandiri dan berprestasi dalam melaksanakan tugasnya.

Dari empat tipe budaya diatas cukup mengena dalam kaitannya dengan pengaruh budaya terhadap kinerja seorang dosen dapat dilihat dari budaya prestasi atau lebih tepat sebagai bentuk profesionalisme seorang dosen dalam perannya, dimana Handi (1985) menyebutnya dengan istilah budaya pribadi (person culture)

Istilah profesionalisme dalam dunia kependidikan bukanlah hal yang baru. Penulis beranggapan bahwa profesionalisme itulah sebagian dari apilikasi budaya organisasi secara person culture dalam hal ini dapat dilihat dari karakter dosen dalam mengaplikasikan budaya akademis yang sudah disampaikan oleh pihak institusi kampus.

Dalam rangka peningkatan culture akademis dan profesionalisme kerja perlu adanya pengelolaan dosen (Sufyarma, 2004:.183) antara lain :
a) Meningkatkan kualitas komitmen dosen terhadap pengembangan ilmu yang sejalan dengan tugas pendidikan dan pengabdian pada masyarakat.
b) Menumbuhkan budaya akademik yang kondusif untuk meningkatkan aktifitas intelektual.
c) Mengusahakan pendidikan lanjut dan program pengembangan lain yang sesuai dengan prioritas program studi.
d) Menata ulang penempatan dosen yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya agar profesionalisme dan efisiensi dapat ditingkatkan.
e) Melakukan pemutakhiran pengetahuan dosen secara terus menerus dan berkesinambungan.

Sehingga perguruan tinggi harus dikelola dengan professional memiliki dua faktor sebagai bentuk penerapan budaya akademis yang kuat yaitu :

1. Profesional personal.
Adapun profesional personal ini memiliki karakteristik antara lain :
a) Bangga atas pekerjaannya sebagai dosen dengan komitmen pribadi yang kuat atas kreatifitas.
b) Memiliki tanggungjawab yang besar, antisipatif dan penuh inisatif.
c) Ingin selalu mengerjakan pekerjaan dengan tuntas dan ikut terlibat dalam berbagai tugas diluar yang ditugaskan kepadanya.
d) Ingin terus belajar untuk meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan melayani.
e) Mendengarkan kebutuhan mahasiswa dan dapat bekerja denga baik dalam tim.
f) Dapat dipercaya, jujur, terus terang dan loyal.
g) Terbuka terhadap kritik yang bersifat konstruktif serta siap untuk meningkatkan dan menyempurnakan dirinya.

2. Professional institusional.
Adapun karakteristik profesional institusional dapat dilihat dalam karakteristik sebagai berikut :
a) Perkuliahan berjalan lancar, dinamis dan dialogis.
b) Masa studi mahasiswa tidak lama dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan memperoleh indeks prestasi yang tinggi.
c) Minat masyarakat yang memasuki perguruan tuinggi adalah besar, karena perguruan tinggi yang bersangkutan adalah legitimate dan credible.
d) Memiliki staf pengajar yang telah lulus studi lanjut (S2 dan S3) dan
e) Aktif dalam Pertemuan ilmiah serta produktif dalam karya ilmiah.
f) Pengelolaan perguruan tinggi yang memiliki visi yang jauh kedepan, otonom, fleksible serta birokrasi yang singkat dan jelas.
g) Program perguruan tinggi, baik akademik maupun administratif harus disusun secara sistematis, sistemik dan berkelanjutan.
h) Kampus harus dibenahi secara bersih, hijau dan sejuk.
i). Alumni perguruan tinggi harus mampu bersaing secara kompetitif, baik secaranasional maupun global.

Sedangkan Mahfud MD (1998:4) antara lain menunjukan beberapa karakteristik budaya akademis yang berpengaruh terhadap profesionalisme dosen sebagai berikut :
1) Bangga atas pekerjaannya sebagai dosen dengan komitmen pribadi yang kuat dan berkualitas.
2). Memiliki tanggungjawab yang besar, antisipatif dan penuh inisiatif.
3). Ingin selalu menegrjakan pekerjaan dengan tuntas dan ikut terlibat dalam berbagai peran diluar pekerjaannya.
4) Ingin terus belajar untuk meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan melayani.
5). Mendengar kebutuhan pelanggan dan dapat bekerja dengan baik dalam suatu tim.
6). Dapat dipercaya, jujur, terus terang dan loyal.
7) Terbuka terhadap kritik yang bersifat konstruktif serta selalu siap untuk meningkatkan dan menyempurnakan dirinya.

Selain itu kita lihat ada lima diskursus professional ( Danim, 2003:.126-127) yang berbeda diseputar profesionalisme keguruan yaitu antara lain :

1) Profesionalisme material (Material professionalism) merujuk pada kemampuan professional guru atau tenaga pengembang lain dilihat dari prespektif penguasaan material bahan ajar yang harus ditransformasikan dikelas ataupun diluar kelas.

2) Profesionalime metodologikal (Methodological professionalism) merujuk pada penguasaan metode dan strategi serta seni mendidik dan mengajar sehingga memudahkan proses belajar mengajar.

3) Profesionalisme sosial (Social professionalism) merujuk pada kedudukan guru dan tenaga pengembang lain sebagai manusia biasa dan sebagai anggota masyarakat dengan tidak kehilangan identitas budaya sebagai pendidik oleh karena bisa diajdikan contoh dan referensi prilaku dalam kehidupan masyarakat.

4) Profesionalisme demokratis (democratic professionalism) merujuk pada tugas pokok dan fungsi yang ditampilkan oleh guru dan tenaga pengembang lainnya harus beranjak dari, oleh dan untuk peserta didiknya sehingga mencerminkan miniature demokrasi masyarakat.

5) Profesionalisme manajerial (managerial professionalism) merujuk pada kedudukan guru bukanlah orang yang secara serta merta mentransmisikan bahan ajar saja tapi juga bertindak sebagai direktur, manajer atau fasilaitastor belajar.

Karakteristik budaya organisasi.
Untuk menentukan indikator secara pasti mengenai budaya organisasi jauh lebih sulit tetapi penulis mengambil dari beberapa pendapat para ahli mengenai indikator yang menentukan budaya organisasi.

Khun Chin Sophonpanich memasukan budaya pribadi ke dalam Bank Bangkok 50 tahun yang lalu dengan beberapa indikator antara lain :
a). Ketekunan (dilligency),
b). Ketulusan (sincerity),
c). Kesabaran (patience) dan
d). Kewirausahaan (entrepreneurship).

Sedangkan Amnuai dan Schien membagi budaya organisasi kedalam beberapa indikator yaitu antara lain
a). Aspek kualitatif (basic)
b). Aspek kuantitatif (shared) dan aspek terbentuknya
c).. Aspek komponen (assumption dan beliefs),
d). Aspek adaptasi eksternal (eksternal adaptation)
e). Aspek Integrasi internal (internal integration) sebagai proses penyatuan budaya melalui asimilasi dari budaya organisasi yang masuk dan berpengaruh terhadap karakter anggota.

Selangkah lebih maju tinjauan dari Dr.Bennet Silalahi yang melihat budaya kerja dapat dilihat dari sudut teologi dan deontology (Silalahi, 2004:25-32) seperti pandangan filsafat Konfutse, etika Kristen dan prinsip agama Islam. Kita tidak memungkiri pengaruh tiga agama ini dalam percaturan peradaban dunia timur bahkan manajemen barat sudah mulai memperhitungkannya sebagai manajemen alternatif yang didifusikan ke manajemen barat setelah melihat kekuatan ekonomi Negara kuning seperti Cina, Jepang dan Korea sangat kuat. Perimbangan kekuatan ras kuning Asia yang diwakili Jepang, Korea dan Cina tentu saja tidak bisa melupakan potensi kekuatan ekonomi negara-negara Islam yang dari jumlah penduduknya cukup menjanjikan untuk menjadi pangsa pasar mereka.

Tinjauan ajaran Islam membagi budaya kerja kedalam beberapa indikator antara lain :
a) Adanya kerja keras dan kerjasama (QS. Al-Insyiqoq : 6, Al-Mulk : 15, An-Naba : 11 dan At-taubah : 105))
b) Dalam setiap pekerjaan harus unggul/professional/menjadi khalifah (An-Nahl : 93. Az-Zumar : 9, Al-An’am : 165)
c) Harus mendayagunakan hikmah ilahi (Al-Baqoroh : 13)
d) Harus jujur, tidak saling menipu, harus bekerjasama saling menguntungkan.
e) Kelemah lembutan.
f) Kebersihan
g) Tidak mengotak-kotakan diri/ukhuwah
h) Menentang permusuhan.

Sedangkan menurut ajaran konghucu budaya kerja ditinjau dari budaya Ren yang terdiri dari lima sifat mulia manusia antara lain :
a) Ren (hubungan industrial supaya mengutamakan keterbatasan, kebutuhan dan kualitas hidup manusia)
b) Yi (tipu muslihat, timbangan yang tidak benar, kualitas barang dan jasa supaya disngkirkan atau dibenarkan agar tidak merugikan para stakehoulder)
c) Li (Instruksi kerja, penilaian unjuk kerja, peranan manajemen harus dilandaskan pada kesopanan dan kesantunan)
d) Zhi (kearifan dan kebijaksanaan dituntut dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan ketatalaksanaan kerja, khususnya dalam perencanaan strategi dan kebijakan)
e) Xing (setiap manajer dan karyawan harus saling dapat dipercaya)
Lebih jelas lagi diungkapkan oleh Desmond graves (1986:126) mencatat sepuluh item research tool (dimensi kriteria, indikator) budaya organisasi yaitu :
1. Jaminan diri (Self assurance)
2. Ketegasan dalam bersikap (Decisiveness)
3. Kemampuan dalam pengawasan (Supervisory ability)
4. Kecerdasan emosi (Intelegence)
5. Inisatif (Initiative)
6. Kebutuhan akan pencapaian prestasi (Need for achievement)
7. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Need for self actualization)
8. Kebutuhan akan jabatan/posisi (Need for power)
9. Kebutuhan akan penghargaan (Need for reward)
10. Kebutuhan akan rasa aman (Need for security).

Penutup
Dari uraian diatas bahwa peningkatan kualitas kinerja seorang penididik bisa dilakukan dengan memperhatikan kepuasan kerja secara intensif baik kepuasan intrinsik maupun kepuasan ekstrinsik dan memperbaiki budaya organisasi yang hanya berorientasi tugas semata dengan menerapkan budaya kerja yang berorientasi kinerja, persaingan, yang di sinergiskan dengan upaya re-inveting organisasi dan pengembangan jenjang karier secara berkala atau memperbaiki budaya organisasi yang berpola paternalistik dengan budaya organisasi berpola profesionalisme.

Sehingga para pendidik memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan secara langsung kepada rekan kerja ataupun kepada pihak pimpinan mengenai hal-hal yang menjadi hambatan psikologis dan komunikasi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan baik instrinsik maupun ekstrinsik dan pihak pimpinan senantiasa memperhatikan dan memegang teguh prinsip keadilan dan humanitas dalam pengembangan diri dimasa yang akan datang.

Agar membentuk kesadaran untuk tetap meningkatkan semangat dan budaya kerja yang inisiatif, kreatif dan penuh inovasi dan pihak pimpinan akademisi atau institusi dapat mengembangkan budaya terbuka dan dorongan terhadap seluruh aktifitas akademis yang didukung oleh adanya penghargaan, pengakuan dan bersifat reaktif dan pro-aktif terhadap permasalahan akademis maupun non-akademis yang terjadi dikalangan pendidik yang sebenarnya bisa berakibat menurunnya citra dan semangat kekeluargaan antara pendidik dengan pihak pimpinan akademisi..

Peningkatan kepuasan kerja berupa materi maupun non-materi untuk meningkatkan kesejahteraan dosen, kemudian tingkatkan budaya akademisi yang berbasis pada peningkatan penelitian, pengembangan jenjang pendidikan dosen yang diseimbangkan dengan ketegasan dan control sehingga tercipta budaya akdemisi yang kondusif. Serta Tingkatkan profesionalisme kerja dalam pemberian jenjang jabatan tanpa menghilangkan budaya kekeluargaan yang kuat dan didasari adanya control dan penghargaan serta pengakuan yang proforsional.

Referensi :
1. Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta : Rineka Cipta, 2001) P. 722 Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta : Grafindo, 2003), P. 174
3 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), P.148.
4 Sudarwan Danim, Ibid., P.74.
5 Soerjono Soekanto, loc.cit, P. 174
6 Ibid, Soerjono Soekanto, P. 174
7 Eugene McKenna dan Nic Beec, The Essence of : Manajemen Sumber Daya Manusia,Terj. Toto Budi Santoso, (Yogjakarta : Penerbit Andi, 2002) P. 19
8 Taliziduhu Ndraha, Budaya organisasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003) p.123.
9 Vijay Sathe, Culture and Related corporate Realities, (Homewood : Richard D. Irwin, Inc., 1985) p. 18
10 Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadershif, (San Fransisco : Josseybass Publ, 1992) p.16.
11 Stephen P. Robbins,Organizational Theory: Structure Design and Aplication (New Jersey : Prentice Hall, Inc., 1990), P.4
12 Waren B.Brown dan Denis J. Moberg, Organization Theory and Mangement: A Macro Approach, (New York : John Wiley & Sons,1980), P. 6.
13 Amitai Etzioni, Complex Organization : A Sociological Reader, (New York : Rine Hart & Winston, 1961) P.14.
14 Umar Nimran, Kebijakan Perusahaan, (Jakarta : Karunika UT, 1996), P. 11.
15 Umar Nimran, Ibid, P.11.
16 Op.cit , Ndraha, P. 102
17 Ibid, pendapat Pithi Amnuai dari kutipan Ndraha, p.102
18 loc.cit, Schein, P.16. dapat kita lihat pendapat ini pada hal. 32 diatas.
19 Eugene McKenna & Nic Beech, op.cit P.63.
20 Opcit Pendapat Amnuai dari kutipan Ndraha, P.76.
21 loc.cit Vijay Sathe, p. 18
22 Prof. Dr. Bennet Silalahi, Corporate Culture and Performance Appraisal, (Jakarta : Al-Hambra, 2004), P. 8.
23 Bennet, loc.cit, p.43.
24 Kutipan Republika, 27 JUli 1994:8
25 Harisson R., Understanding your Organization’s Character, (Harvard Business Review, May-June1972 : 119-128). dikutif langsung (atau tidak langsung) oleh Eugene McKenna dan Nic Beec, The essence of : Mannajemen Sumber Daya Manusia,Trj. Toto Budi Santoso, (Yogjakarta : Penerbit Andi, 2002) P. 65
26 C. Handy, Understanding Organizations, (London : Penguin, 1985), dikutip langsung oleh Eugene McKenna dan Nic Beec, The Essence of : Manajemen Sumber Daya Manusia,Trj. Toto Budi Santoso, (Yogjakarta : Penerbit Andi, 2002) P. 66
27 Sufyarma, Kapita selekta : Manajemen Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2004), P.183.
28 Ibid, P.128-129.
29 Mohammad Mahfud M.D., Workshop Nasional : Relevansi Peraturan Perundang-undangan dalam Menyongsong Perguruan Tinggi di Indonesia pada abad ke 21, (Yogyakarta : Kerjasama UII dan Untar, 1998), P. 4.
30 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajaran, (Jakarta ; Bumi Aksara, 2003), p.126-127.
31 Ndraha, opcit. P.63
32 Ndraha, Ibid.63
33 Bennet Silalahi, Corporate Culture & Performance Apparaisal, (Jakarta : Al-Hambra, 2004), p.25-32
34 Bennet, Ibid, P.21
35 Desmond graves, Corporate Culture : Diagnosis and Change Auditing and Changing the Culture of Organization, (London : Frances Pinter Publishing, 1986) P.126.

Sumber : http://teknikkepemimpinan.blogspot.com