Senin, 30 Juli 2012

Pendahuluan tentang Manajemen Risiko

Aktivitas organisasi sektor publik dan bisnis senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan perubahan di lingkungan internal dan eksternal organisasi. Perubahan di lingkungan internal berupa perbaikan metode operasi (misalnya perubahan dari manual ke otomatisasi) biasanya dapat dikendalikan oleh manajemen. Sedangkan perubahan di lingkungan eksternal, seperti perubahan iklim demokrasi dan peraturan, berada di luar kontrol organisasi.

Tuntutan perubahan dan peningkatan kapabilitas organisasi memunculkan risiko (risk) dan sekaligus peluang (opportunities) bagi organisasi. Risiko berkenaan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan dan kerugian bagi organisasi. Risiko berskala rendah tidak mengkuatirkan bagi organisasi. Namun, risiko berskala besar dapat berdampak pada tidak tercapainya tujuan dan misi dari organisasi. Kegagalan tujuan dan misi bagi organisasi publik dapat mengakibatkan distrust (ketidakpercayaan) dari publik atas pelayanan yang diberikan. Dalam kondisi terjelek dan sebagaimana yang pernah terjadi, distrust dapat menyebabkan hilangnya organisasi yang bersangkutan.

Manajemen risiko (risk management) menjadi kebutuhan yang strategis dan menentukan perbaikan kinerja dari organisasi. Pada suatu ras bangsa (Cina), karakter tulisan risiko berarti pula peluang. Risiko yang dikelola dengan optimal bahkan memunculkan berbagai peluang bagi organisasi yang bersangkutan. Manajemen risiko diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya terbatas yang dimiliki organisasi. Pengalokasian sumber daya didasarkan pada prioritas risiko yang dimulai dari risiko skala tertinggi. Demikian pula, manajemen risiko yang ada perlu dievaluasi secara periodik melalui aktifitas pengendalian (internal control).

Manajemen risiko pada organisasi swasta berkembang lebih pesat dibandingkan organisasi publik (instansi Pemerintah). Fenomena ini dinilai lumrah mengingat sektor swasta memiliki ukuran-ukuran yang jelas bagi berhasil atau gagalnya organisasi. Sedangkan organisasi publik banyak berlindung pada faktor-faktor yang tidak dapat dikuantifisir. Namun, dorongan bagi sektor publik untuk melakukan manajemen risiko dalam aktivitasnya semakin meningkat, dan Departemen Keuangan meresponnya dengan menugaskan Inspektorat Jenderal sebagai compliance office for risk management.

Artikel ini dimaksudkan untuk memperkenalkan konsep risk management dan sebagai pengantar bagi applikasinya pada unit-unit di lingkungan Departemen Keuangan. Sistimatika paper disajikan sebagai berikut: (1) Pendahuluan; (2) Kebijakan Pemerintah dan Institusi Negara atas Manajemen Risiko; (3) Pengertian Manajemen Risiko; (4) Proses Manajemen Resiko; (5) Manajemen Risiko dan Fungsi Pengawasan; dan (6) Simpulan.

Risiko tidak tercapainya tujuan dan program organisasi tidak semata terjadi di lingkungan bisnis, namun juga di lingkungan publik. Telah banyak kritik dan keluhan berkenaan tingginya risiko yang dihadapi bila berkaitan dengan pelayanan instansi Pemerintah. Survei Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) yang dilakukan pada tahun 2005 misalnya menyebutkan 2 unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan sebagai lima besar instansi dan lembaga negara terkorup.Tambahan pula, pelayanan investasi kepada investor asing terhitung terendah dari segi waktu dan biaya dibandingkan negara-negara kawasan. Disamping itu, perkembangan demokrasi menuntut asas transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan peningkatan pelayanan publik dari waktu ke waktu.

Pihak eksekutif dan legislatif memberikan prioritas pelaksanaan ke dua asas di atas dan peningkatan pelayanan publik yang bertujuan untuk meminimalkan risiko pada instansi Pemerintah. Minimalisasi risiko tertera pada beberapa undang-undang (UU), keputusan menteri, dan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 58 menekankan perlunya sistem pengendalian intern (SPI) di lingkungan Pemerintah dan adanya manajemen risiko. Pasal 58 ayat 1 menyebutkan ”Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan SPI di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Selanjutnya, ayat 2 pasal yang sama menyatakan bahwa SPI ditetapkan dengan peraturan pemerintah (PP). PP tersebut saat ini sedang disusun oleh tim inter-departemen dibawah koordinasi Menteri Keuangan, dan draft PP yang dibuat menekankan pada penilaian risiko (6 pasal) dan kegiatan pengendalian (24 pasal), atau hampir 50% dari total 69 pasal yang dirancang dalam PP tersebut. Secara umum, PP tersebut telah mengadopsi pendekatan terkini di bidang internal audit yang berasal dari COSO dan IIA. [2]

Manajemen risiko juga menjadi salah program utama dari strategi dan kebijakan (Road-map) Departemen Keuangan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Keuangan (Kepmenkeu) No. 464/KMK.01/2005 tanggal 29 September 2005 tentang Pedoman Strategi dan Kebijakan Departemen Keuangan (Road-map Departemen Keuangan) tahun 2005-2009. Dalam Kepmenkeu tersebut khususnya Bidang Pengawasan Fungsional, unit-unit di lingkungan Departemen Keuangan (Depkeu) diharapkan telah menerapkan manajemen risiko di lingkungannya masing-masing terhitung sejak tahun anggaran 2007. Disamping itu, ditunjuk pula Inspektorat Jenderal (Itjen) Depkeu sebagai Compliance Office atas manajemen risiko.

Peningkatan pelayanan publik, dengan mengurangi risiko seperti biaya ekstra atau pungutan liar dalam pemberian pelayanan publik, menjadi perhatian Pemerintah yang diwujudkan dengan penerbitan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) No. SE/15/M.PAN/9/2005 tentang Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam Upaya Perbaikan Pelayanan Publik. SE tersebut meminta perhatian khusus para pimpinan departemen dan lemabaga negara dalam meningkatkan intensitas pengawasan guna perbaikan pelayanan publik melalui antara lain: (1) menetapkan standar pelayanan secara transparan dan akuntabel; dan (2) memfungsikan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) untuk memberikan perhatian khusus pengawasan terhadap pemberian pelayanan Publik.

Manajemen risiko termasuk program ke empat dari API berkenaan dengan Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operacional Perbankan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan Good Corporate Governance (GCG), kualitas manajemen risiko, dan kemampuan operasional manajemen. BI mewajibkan bankir dan pegawai bank pada semua level jabatan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan risiko untuk mengikuti sertifikasi manajemen resiko.

Sumber : http://www.bppk.depkeu.go.id/

Kamis, 26 Juli 2012

Definisi dan Manfaat Penerapan Manajemen Resiko

Definisi Manajemen Resiko
Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
Dorfman, 1998, p. 9 Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Tindakan manajemen resiko diambil oleh para praktisi untuk merespon bermacam-macam resiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen resiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer resiko pada tahap awal proyek konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil (Shen, 1997).

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko (Uher,1996).

Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3 stage utama, yaitu (Soeharto, 1999):
1. Identifikasi resiko
2. Analisa dan evaluasi resiko
3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi resiko tersebut

Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain (Mok et al., 1996)

Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit.
- Memudahkan estimasi biaya.
- Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
- Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
- Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :
a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
b. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
c. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.
e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).
a. Survival
b. Kedamaian pikiran
c. Memperkecil biaya
d. Menstabilkan pendapatan perusahaan
e. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
f. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.

Sumber : http://jurnal-sdm.blogspot.com/

Selasa, 24 Juli 2012

Meminimalisir Risiko Bisnis

Di sebuah situs jejaring sosial, saya menulis bahwa kerugian dalam berbisnis janganlah dianggap sebagai kiamatnya seorang pengusaha. Rugi dalam berbisnis adalah hal yang wajar. Hampir sebagian besar masyarakat kita rela menghabiskan puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk menimba ilmu secara teori dari berbagai textbook di bangku kuliah. Nyatanya, ilmu itu tidak begitu saja bisa diterapkan dalam kehidupan nyata karena sebuah teori dirumuskan dengan asumsi cateris paribus. Sementara ketika kita mengalami kerugian dalam berbisnis sesungguhnya kita mendapat pelajaran berharga langsung dari praktek nyata di lapangan. Maka kerugian dalam bisnis itu bisa dianggap sebagai investasi pendidikan bisnis yang lebih efektif daripada ketika kita belajar bisnis di bangku kuliah.

Menanggapi pendapat saya itu, seorang teman bertanya bagaimana caranya supaya kerugian yang kita alami tidak terlalu besar. Memang benar, meski mengalami rugi itu wajar bukan berarti kita tidak perlu meminimalisir kerugian tersebut. Ada beberapa cara yang dapat kita tempuh agar kerugian yang kita alami tidak terlalu besar.

Berikut ini beberapa tips untuk meminimalisir risiko kerugian dalam berbisnis :

1. Carilah rekan bisnis yang dapat diandalkan
Ada orang yang senang berbisnis seorang diri karena merasa lebih leluasa dalam menentukan kebijakan dan lebih bebas dalam pengambilan keputusan. Namun tidak ada salahnya juga jika kita memulai berbisnis dengan menggaet seorang atau beberapa orang rekan, terutama jika kita adalah pengusaha pemula. Selain berfungsi untuk bisa membagi risiko, rekan bisnis juga dapat memberikan masukan dan pendapat dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan demikian, diharapkan keputusan yang diambil dapat lebih baik karena dihasilkan dari pemikiran dua atau beberapa orang.

2. Belajar dari orang nomor satu di bidangnya
Untuk menggaransi keberhasilan, kita harus belajar dari orang yang nomor satu di bidangnya. Artinya usahakan kita belajar dari orang yang memang sudah berpengalaman maupun sudah terbukti sukses di bidang bisnis yang kita geluti. Tentu saja hal ini tidaklah mudah jika harus berkenalan dan bertatap muka langsung mereka. Mungkin mereka tidak punya waktu hanya sekedar untuk mengajari kita, apalagi kalau tidak membawa keuntungan bagi mereka. Namun ada banyak cara untuk belajar dari mereka, bisa melalui buku, seminar, jejaring sosial, dan sebagainya. Yang terpenting adalah kita mendapatkan ilmunya dan bukan mutlak harus berkenalan dengan orangnya.

3. Bekerja sama dengan orang yang sudah terbukti sukses
Bekerja sama dengan orang yang sudah sukses dipercaya dapat menggaransi keberhasilan kita karena mereka sudah memiliki pengalaman dan intuisi bisnis yang lebih terasah dibanding dengan seorang pengusaha pemula. Salah satu caranya adalah dengan mengambil suatu waralaba yang memang sudah memiliki pangsa pasar dan secara portofolio sudah terbukti berhasil.

4. Pilih bisnis yang memiliki modal dan risiko relatif kecil
Ada banyak pilihan bidang bisnis yang bisa kita jalani, termasuk beragam dalam hal kebutuhan modal maupun risiko yang terkandung di dalamnya. Kita tinggal jeli-jeli memilih bidang bisnis yang akan kita jalani dengan tingkat risiko yang relatif kecil. Saya katakan relatif kecil karena setiap orang memiliki tingkat akseptabilitas risiko yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kondisi perekonomian masing-masing.

5. Berbisnis dengan passion
Ada banyak pengusaha membuktikan bahwa mereka telah sukses menjalankan bisnisnya justru bermula dari hobi. Bisnis yang berbasis hobi memang memiliki kelebihan karena seseorang akan bekerja dengan menggunakan hati dan passion. Selain itu, biasanya seseorang akan lebih menguasai apa yang menjadi hobinya sehingga tidak memerlukan usaha ekstra untuk menjalankan bisnisnya.

6. Berpikirlah jump of the box
Cara terakhir untuk meminimalisir risiko adalah berpikir jump of the box. Hal ini mengandaikan bahwa kita sudah memulai bisnis kita dan kerugian sudah di depan mata. Cobalah untuk berpikir berbeda dari kebiasaan yang lazim. Carilah alternatif-alternatif solusi yang terbaik di mana kita bisa mendapat tingkat risiko terendah.

Demikian beberapa tips dari saya kali ini, semoga bermanfaat untuk meminimalisir risiko dalam berbisnis. Yang terpenting, kita harus berani melangkah dan memulai sesuatu. Salam semangat dari saya dan see you at the top!

Sumber : http://iwankumalaputra.blogspot.com/

Kamis, 19 Juli 2012

Mengatasi Risiko Bisnis

Banyak orang berpendapat, bahwa salah satu ciri entrepreneur yaitu berani mengambil risiko. Seorang entrepereneur dapat melihat risiko jika ia keluar dari zona nyaman, dan masuk ke dalam zona baru yang penuh dengan ketidakpastian. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah, bahwa seorang entrepreneur sukses bukanlah orang yang hanya sekadar berani mengambil risiko. Lebih dari itu, mereka juga harus bisa mengelola segala risiko menjadi sebuah peluang baru yang menguntungkan.

Memulai usaha memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Dibutuhkan keberanian dan strategi bisnis yang matang, sebelum akhirnya masuk ke zona yang serba tak pasti ini. Semua peluang bisnis memang memiliki risiko, walaupun tingkat risiko yang dimiliki berbeda-beda. Ada usaha yang berisiko besar, dan ada pula yang risikonya kecil, namun bukan berarti risiko-risiko tersebut tidak bisa diatasi dan diminimalisasi. Bagaimana cara mengatasi atau mengurangi risiko bisnis? Berikut langkah-langkah yang perlu Anda perhatikan.

1. Sebelum memulai usaha, sebaiknya Anda melakukan riset mengenai hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul di tengah perjalanan usaha. Dengan begitu Anda dapat menyiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi hambatan di masa depan. Salah satu risiko yang sering menghambat adalah risiko peningkatan persaingan bisnis.

2. Pilihlah peluang bisnis sesuai dengan skil dan minat yang Anda miliki. Jangan sampai Anda memulai usaha hanya karena ikut-ikutan tren yang ada. Dengan memulai usaha sesuai dengan skil dan minat, setidaknya Anda memiliki bekal pengetahuan dan keahlian untuk mengurangi dan mengatasi segala risiko yang muncul di tengah perjalanan Anda. Hindari peluang usaha yang tidak Anda kuasai, ini dilakukan agar Anda tidak kesulitan dalam mengatasi segala risikonya.

3. Carilah informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis Anda. Hal tersebut bisa membantu Anda untuk menentukan langkah-langkah yang dapat membuat usaha Anda berkembang, dan langkah apa saja yang tidak perlu dilakukan untuk mengurangi munculnya risiko yang tidak diinginkan.

4. Sesuaikan besar modal usaha yang Anda miliki dengan risiko usaha yang Anda ambil. Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengambil peluang usaha yang berisiko besar, jika modal usaha yang Anda miliki juga masih terbatas.

5. Kesuksesan bisnis bisa dibangun dengan adanya keteguhan hati yang didukung kreativitas. Dengan keteguhan hati serta kreativitas mencipta ide-ide baru, kesuksesan usaha akan mudah dicapai. Jika Anda mampu memenuhi syarat ini, segala risiko yang muncul, akan bisa Anda atasi dengan baik.

6. Carilah informasi tentang prospek bisnis tersebut sebelum mengambil sebuah risiko. Saat ini banyak peluang usaha yang tiba-tiba booming, namun prospek bisnisnya tidak bisa bertahan lama. Hanya dalam hitungan bulan saja, bisnis tersebut surut seiring dengan bergantinya tren pasar. Sebaiknya Anda menghindari jenis peluang usaha seperti itu, karena risikonya cukup besar.

7. Ketahui tingkat kebutuhan masyarakat akan produk Anda. Semakin besar tingkat kebutuhan konsumen akan sebuah produk, maka risiko bisnis akan semakin kecil, setidaknya risiko dalam memasarkan produk.

Dari informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua risiko bisnis dapat diatasi dengan kejelian, ketekunan dan kreativitas. Oleh karena itu, tingkatkan kemampuan dan pengetahuan Anda dalam menjalankan usaha, agar segala risiko yang muncul di tengah perjalanan tidak sampai merugikan bisnis Anda. (*/dari berbagai sumber/AS)

Sumber : http://ciputraentrepreneurship.com/

Senin, 16 Juli 2012

Bagaimana Cara Mengatasi Resiko Bisnis?

Banyak orang berpendapat, bahwa salah satu ciri entrepreneur yaitu berani mengambil resiko. Resiko keluar dari zona kenyamanan yang didapat selama ini, dan masuk ke dalam zona baru yang penuh dengan ketidakpastian. Namun yang perlu digaris bawahi adalah, seorang entrepreneur sukses bukanlah orang yang berani mengambil resiko saja. Tapi mereka juga harus bisa mengelola segala resiko menjadi sebuah peluang baru yang menguntungkan.

Untuk memulai usaha memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Dibutuhkan keberanian dan strategi bisnis yang matang, sebelum akhirnya masuk ke zona yang serba belum pasti ini. Semua peluang bisnis memang memiliki resiko, walaupun tingkat resiko yang dimiliki berbeda-beda. Ada usaha yang beresiko besar adapula yang resikonya hanya kecil, namun bukan berarti resiko-resiko tersebut tidak bisa diatasi dan diminimalisir. Bagaimana cara mengatasi resiko bisnis? Berikut langkah-langkah yang perlu Anda perhatikan, untuk mengurangi resiko.

* Sebelum memulai usaha, sebaiknya Anda melakukan riset mengenai hambatan-hambatan yang dimungkinkan muncul ditengah perjalanan usaha. Dengan begitu Anda dapat menyiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi hambatan yang dimungkinkan ada. Misalnya saja resiko persaingan bisnis yang dimungkinkan semakin meningkat.

* Pilihlah peluang bisnis sesuai dengan skill dan minat yang Anda miliki, jangan sampai Anda memulai usaha hanya karena ikut-ikutan trend yang ada. Dengan memulai usaha sesuai dengan skill dan minat, setidaknya Anda memiliki bekal pengetahuan dan keahlian untuk mengurangi dan mengatasi segala resiko yang muncul di tengah perjalanan Anda. Hindari peluang usaha yang tidak Anda kuasai, ini dilakukan agar Anda tidak kesulitan dalam mengatasi segala resikonya.

* Carilah informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis Anda. Hal tersebut bisa membantu Anda untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa membuat usaha Anda berkembang, dan langkah apa saja yang tidak perlu dilakukan untuk mengurangi munculnya resiko yang tidak diinginkan.

* Sesuaikan besar modal usaha yang Anda miliki dengan resiko usaha yang Anda ambil. Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengambil peluang usaha yang beresiko besar, jika modal usaha yang Anda miliki juga masih terbatas.

* Kesuksesan bisnis bisa dibangun dengan adanya keteguhan hati yang didukung kreatifitas. Dengan keteguhan hati dalam mencapai kesuksesan serta kreatifitas untuk mengembangkan usaha dengan ide-ide baru. Maka segala resiko yang muncul bisa Anda atasi dengan baik.

* Cari informasi tentang prospek bisnis tersebut sebelum mengambil sebuah resiko. Saat ini banyak peluang usaha yang tiba-tiba booming, namun prospek bisnisnya tidak bisa bertahan lama. Hanya dalam hitungan bulan saja, bisnis tersebut surut seiring dengan bergantinya trend pasar. Sebaiknya Anda menghindari jenis peluang usaha seperti itu, karena resikonya cukup besar.

* Ketahui seberapa besar tingkat kebutuhan masyarakat akan produk Anda. Semakin besar tingkat kebutuhan konsumen akan sebuah produk, maka akan memperkecil resiko bisnis tersebut. Setidaknya resiko dalam memasarkan produk.

Dari informasi diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa semua resiko bisnis bisa diatasi dengan kejelian, ketekunan dan kreatifitas Anda. Oleh karena itu, tingkatkan kemampuan dan pengetahuan Anda dalam menjalankan usaha. Agar segala resiko yang muncul ditengah perjalanan, tidak sampai merugikan bisnis Anda. Sekian informasi dari kami, semoga informasi ini bisa memotivasi Anda agar tidak takut lagi dengan resiko menjalankan usaha. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Kamis, 12 Juli 2012

Menumbuhkan Intrapreneurship Dalam Diri Karyawan

Tak bisa kita pungkiri bila peran karyawan sangatlah besar dalam memajukan perusahaan. Tanpa adanya partisipasi dari para karyawan, bisa dipastikan tujuan besar perusahaan tidak bisa tercapai dengan maksimal. Faktor inilah yang perlu diperhatikan dengan baik oleh para pemimpin perusahaan. Sebab, dukungan sumber daya manusia yang berkualitas bakal menjadi salah satu tiang penyangga bagi pergerakan roda bisnis yang akan Anda jalankan kedepannya.

Melihat persaingan pasar yang semakin kompetitif, sekarang ini tidak hanya bakat dan keterampilan SDM saja yang perlu diperhatikan para pemimpin perusahaan. Mereka juga mulai dituntut untuk menumbuhkan intrapreneurship dalam diri karyawan, agar bisnisnya bisa berkembang lebih inovatif dan memiliki daya saing yang cukup tinggi dibandingkan kompetitor lainnya.

Yang dimaksudkan dengan intrapreneurship sendiri adalah jiwa kewirausahaan yang biasanya dipraktekan dalam tubuh sebuah organisasi, dimana setiap elemen di dalamnya dituntut untuk menjadi para intrapreneur (orang yang tidak sekadar menjadi pelaksana dari kebijakan perusahaan, namun juga memiliki jiwa kewirausahaan, berinisiatif melakukan suatu tugas tertentu karena tuntutan dari dalam dirinya sendiri, serta berani mengambil tantangan untuk memenangkan persaingan).

Dalam hal ini, para karyawan maupun tim manajemen diarahkan untuk selalu kreatif dan inovatif guna menciptakan ide-ide baru yang bertujuan untuk mengembangkan perusahaannya dan merespon permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan. Karenanya, untuk menumbuhkan jiwa intrapreneur dalam diri para karyawan. Berikut ini kami informasikan beberapa tips bisnis yang bisa dijalankan untuk membangan intrapreneuship dalam diri setiap karyawan.

Tanamkan pada karyawan bila perusahaan tersebut milik mereka
Meskipun posisi mereka hanya sebagai karyawan, namun mulailah mendidik mental mereka dengan rasa memiliki. Strategi ini cukup penting, agar kepedulian para karyawan mulai tumbuh dalam diri mereka dan tidak hanya sekedar menunggu instruksi atasan untuk bergerak menyelesaikan sebuah pekerjaan. Pastikan bila setiap karyawan memiliki visi, misi, dan mimpi besar yang sama dengan perusahaan, sehingga mereka bisa mencapai kesuksesan bersama dengan kemajuan perusahaan.

Berikan sebuah tanggung jawab pada setiap karyawan
Untuk melihat kemandirian, inisiatif, serta prestasi kerja karyawan Anda, ada baiknya bila Anda memberikan sebuah tantangan atau tanggung jawab bagi setiap karyawan, sesuai dengan minat dan bakat yang Ia miliki. Tentukan pula deadline atau target waktu yang Anda berikan untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan lihatlah hasil akhirnya. Apabila mereka selalu berhasil mengerjakannya dengan tuntas, bisa dikatakan jiwa intrapreneur mulai tumbuh dalam diri karyawan Anda.

Jadilah sekelompok orang yang kreatif dan inovatif
Seperti halnya para entrepreneur yang selalu jeli dalam melihat sebuah peluang, para karyawan juga dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memajukan perusahaan. Jika biasanya seorang entrepreneur melihat hambatan sebagai peluang, maka sebagai karyawan Anda juga bisa memanfaatkan kreativitas serta inovasi Anda untuk menyumbang ide-ide baru yang menghasilkan keuntungan. Contohnya saja seperti menciptakan sebuah produk baru, atau merencanakan strategi pemasaran yang unik untuk mendongkrak omset penjualan perusahaan tersebut.

Nah, setelah membahas ketiga tips bisnis di atas. Kini giliran Anda untuk menerapkannya langsung di lapangan, dan mendapatkan hasil maksimal setiap bulannya. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Minggu, 08 Juli 2012

Keberanian Menjadi Kunci Sukses Pengusaha

Dalam merintis sebuah usaha, tak jarang kita menemukan berbagai macam kendala yang bisa menghambat jalannya usaha. Kegagalan, persaingan, dan beragam tantangan lainnya, bahkan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan bisnis yang kita jalankan.

Melihat kondisi tersebut, tidaklah heran bila sekarang ini para pengusaha dituntut harus bisa tahan banting dalam menghadapi segala tantangan dan memiliki keberanian yang cukup kuat untuk melangkah menuju gerbang kesuksesan.

Nah, untuk membantu para pemula dalam merintis bisnisnya. Berikut ini kami informasikan beberapa keberanian yang dibutuhkan para pengusaha untuk mencapai puncak suksesnya.

Berani Bermimpi
Keberanian awal yang harus dimiliki para pengusaha adalah keberanian untuk memiliki sebuah mimpi besar. Jangan pernah takut untuk bermimpi, karena pada dasarnya semua hal berawal dari sebuah mimpi. Contohnya saja seperti kesuksesan Soichiro Honda sang raja jalanan yang berhasil menciptakan sepeda motor dengan merek Honda dari sebuah mimpi besar yang Ia miliki. Tidaklah heran bila ada istilah yang mengatakan “Dengan mimpi kita bisa menggenggam dunia.”

Berani Melangkah
Tidak hanya berani bermimpi, namun para pengusaha juga dituntut untuk mulai berani melangkah menghadapi semua tantangan. Bila dulunya sebagian besar pengusaha masih takut gagal dalam merintis sebuah usaha, kini mereka harus menepis perasaan tersebut dan mulai merencanakan bisnisnya dengan matang untuk mencapai sebuah kesuksesan. Keberanian seperti ini bisa kita lihat dari kesuksesan Tirto Utomo sang pendiri Aqua, yang berhasil mempopulerkan air minum kemasan sejak tahun 1973. Padahal, saat itu konsumen masih sangat asing dengan produk air minum kemasan, karena pada dasarnya komoditas air di Indonesia cukup melimpah dan disediakan alam secara gratis.

Berani Bersaing
Setelah berani melangkah, selanjutnya para pengusaha didorong untuk berani bersaing mengalahkan ramainya kompetisi pasar yang ada. Jadikan persaingan tersebut sebagai pemacu atau sebuah motivasi bagi diri Anda, sehingga kedepannya Anda semakin semangat dalam menjalankan usaha dan lebih tertantang untuk memenangkan persaingan pasar. Contohnya saja seperti kesuksesan produk Indomie yang sampai sekarang ini masih digemari para konsumen, meskipun belakangan mulai banyak merek mie instan lainnya yang ikut meramaikan pasar.

Berani Berbeda
Menampilkan sesuatu yang berbeda tentunya menjadi salah satu kunci sukses Anda dalam menjalankan sebuah usaha. Bahkan tak jarang para pelaku usaha sengaja menampilkan keunikan tertentu untuk memenangkan persaingan pasar yang mereka hadapi saat ini. Karenanya sebagai calon pengusaha sukses, pastikan bahwa Anda tidak pernah takut untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berani menawarkan produk yang berbeda untuk membidik pangsa pasar yang masih potensial. Dalam hal ini Anda bisa mencontoh strategi bisnis yang cukup unik seperti bisnis martabak mini, keripik setan, atau penyedia bisnis jasa kurir ASI dan spa bayi yang belakangan ini mulai merebut perhatian para konsumen.

Semoga informasi motivasi bisnis yang mengangkat tentang keberanian menjadi kunci sukses pengusaha ini bisa memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk berani membangun usaha. Mulailah dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Kamis, 05 Juli 2012

Cerdas Melihat Peluang, Fulus pun Datang

Peluang usaha kini kian banyak, bak jamur di musim penghujan. Namun, kita harus cerdas memilih usaha yang akan kita geluti. Salah pilih, alih-alih mendapat untung, yang ada malah ‘buntung’. Bagi Anda yang memang belum berpengalaman dalam bisnis, waralaba atau pun peluang usaha/BO (Business Opportunity) bisa menjadi pilihan.

Dulu, mungkin orang merasa malu atau menganggap berdagang adalah pekerjaan yang tak bergengsi, sekadar cari untung. Namun, beberapa tahun terakhir ini, antusiasme masyarakat untuk berdagang semakin tinggi. Ini karena masyarakat sadar bahwa berdagang itu bisa juga murah dan cepat, juga untuk membuka lapangan kerja.

Jika kita lihat di sekeliling kita, semakin banyak bisnis waralaba atau pun BO. Dari yang berbentuk gerobakan di pinggir jalan, hingga toko di mall. Waralaba ini pada mulanya sama seperti kita yang membuka usaha dari nol. Karena usahanya produktif dan konsumen semakin banyak, pengusaha tentu akan memanfaatkannya dengan cara memperluas usaha. “Hanya saja kalau dia berusaha mengandalkan modal sendiri itu kan lama. Nah, perluasan usaha ini caranya dengan kemitraan,” ujar Istijanto Oei, pengajar dan konsultan bisnis di Prasetiya Mulya Business School.

Kemudahan bagi pembeli

Waralaba bisa dikatakan sebagai transaksi bisnis. Pengusaha yang awalnya hanya menjual produk/jasa kepada konsumen, akhirnya juga berjualan bisnis ke franchisee (pembeli). Bisnis yang booming sejak 2005 ini nyatanya menarik minat calon pembeli. Bagaimana tidak? Pembeli akan sangat terbantu dengan membeli usaha dari franchisor (penjual). Istilahnya, pembeli tak harus susah payah membuka usaha dari nol, cukup menjalankan yang sudah ada.

Pembeli - yang mungkin adalah pebisnis pemula - pun diuntungkan dengan waralaba, yaitu bisa meminimalkan risiko. Tentu kita tahu bahwa membuka usaha itu banyak risikonya. Paling buruk, tak laku. Faktor tak laku itu pun banyak. Misalnya, karena mereknya yang belum terkenal, membuat orang ragu-ragu untuk membeli. Nah, dengan waralaba ini, pembeli terbantu dengan merek waralaba yang cenderung sudah diterima pasar. “Bisa nebeng merek ya,” kata Is.

Tak hanya nebeng merek, pembeli pun diuntungkan dengan pasokan manajemen dari penjual. Ya, pembeli juga diajarkan tentang manajemen yang berlaku dalam waralaba tersebut. Pembeli cukup menyediakan uang modal dan bangunan, segala keperluan bisnis sudah di tangan. Sebagai pembeli, kita bisa langsung menjalankannya. Atau, bila tak memiliki bangunan, bisa memilih peluang usaha yang menggunakan gerobak.

Dari sekian banyak keuntungan bagi pembeli yang disebutkan tadi, waralaba acapkali dijadikan investasi. “Karena investasi 'kan intinya tidak terlalu banyak terlibat. Waralaba juga hampir sama,” kata Is. Namun, sejauh mana bisa dikatakan sebagai investasi? Tentu harus melihat jenis dan merek waralaba itu sendiri. Bila kita memilih jenis dan merek yang kurang tepat, yang ada kita hanya ‘gigit jari’.

Tak cukup ‘ongkang-ongkang’

Waralaba atau pun BO sebenarnya sangat cocok untuk orang yang tak berpengalaman, cenderung ingin menghindari risiko, atau modalnya pas-pasan. Namun, tetap harus hati-hati memilih. Jangan memilih karena harganya yang murah, tapi dilihat juga track record bisnisnya, termasuk kondisi keuangan bisnis penjual. “Kalau ada cabang yang sampai tutup, hati-hati. Kalau perlu kita cross check ke lapangan,” saran Is.

Jika dilihat lagi, prospek waralaba di Indonesia tampaknya masih populer untuk kuliner. Mengapa? Karena makanan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kita juga harus pintar memilih bisnis kuliner yang akan kita kelola. Tak bisa sembarang, sebisa mungkin kita mencari yang unik.

Selain itu, pendidikan anak usia dini juga bisa menjadi alternatif. Tak lupa, bisnis laundry. “Sekarang saya lihat laundry itu tumbuh pesat, terutama didukung banyaknya apartemen, tempat kos,” ujar Is.

Lalu, bagaimana mengelola bisnis waralaba atau pun BO? Cukupkah sekadar duduk, tanpa usaha lebih? Bisa dicontohkan Simply Fresh Laundry yang didaulat sebagai pelopor waralaba laundry kiloan di Indonesia. Bisnis yang dirintis Agung Nugroho Susanto pada 2006 ini terbilang cukup dapat diterima masyarakat.

Agung yang memulai usahanya dari nol pun mewanti-wanti bahwa ada paradigma yang salah di Indonesia, yaitu dengan waralaba kita bisa santai-santai atau ‘ongkang-ongkang kaki’. Padahal, justru dengan waralaba inilah kita dilatih bagaimana menjadi entrepreneur yang berhasil. Tentu saja waktu, tenaga, dan energi benar-benar cukup tersita.

Layaknya siklus hidup manusia, bisnis pun demikian. Ada kalanya meraup keuntungan, ada kalanya minim keuntungan, bahkan tak menutup kemungkinan nombok. Untuk bisnis waralaba ini, tentu dukungan dari penjual sangat berarti bagi pembeli. Baik dukungan manajemen, maupun terkait iklan.

Umumnya, waralaba atau pun BO membantu para pembeli dengan memasang iklan perusahaan. Namun, bila pembeli mau menambahkannya dengan beriklan sendiri, itu juga bagus untuk mendongkrak penjualan. Intinya, kita perlu kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan usaha.

Sebenarnya, banyak cara untuk bisa sukses berbisnis melalui waralaba atau pun BO. Menurut Sukandar, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), tingkat keberhasilan mengembangkan usaha disebabkan beberapa faktor. Faktor itu di antaranya terkait dengan kepakaran/pengalaman (60%), hobi (40%), kerja tim (40%), kebiasaan (35%), onovasi (25%), juga meniru bisnis yang sudah ada (20%). “Kalau kita hobi misalnya, kita akan menyenangi pekerjaan kita, kita jadi lebih semangat. Ada passion-nya.”

Agaknya benar juga ucapan Confucius, “Choose a job you love and you will never have to work a day of your life”. Sudah terbayang usaha apa yang ingin Anda jalankan?

Sumber : http://intisari-online.com/