Jumat, 30 September 2011

Bisnis Kerajinan Kain Lurik Sampai Luar Negeri

Kain Lurik merupakan kain tradisional yang berkembang di wilayah Yogyakarta. Popularitas kain lurik mungkin kalah dengan kain batik yang telah menjadi budaya secara nasional. Kain lurik model lama memang terkesesan kuno dan ketinggalan jaman, sehingga kurang diminati dalam dunia fashion. Pada awalnya kain lurik banyak dipakai oleh mbok-mok penjual di pasar tradisional, sebagai gendongan. Namun setelah ada modifikasi dan inovasi dalam berbagai hal seperti pewarnaan yang lebih cerah dan motif yang lebih beragam mulai diterima pasar secara luas sampai segmen pasar menengah ke atas. Meski beberapa inovasi produk dilakukan terhadap kain lurik, pembuatan kain lurik dipertahankan melalui cara tradisional dengan penggunaan alat tenun bukan mesin.

Kekhasan corak kain lurik tradisional dan proses pembuatannya yang masih menggunakan tangan menyebabkan nilai jual produk turunan kain lurik tinggi. Tak hanya pasar dalam negeri, kain lurik pun mulai merambah pangsa luar negeri.

Salah satu industri yang intens menekuni bisnis kerajinan kain lurik adalah Kerajinan Lawe yang memiliki bengkel kerja Lawe di Bugisan, Bantul, DI Yogyakarta. Lawe bekerja sama dengan 50 penenun tradisional di Bantul dan 20 penjahit.

Beberapa produk kain lurik yang dihasilkan berupa gantungan kunci, dompet, tas, pakaian, hingga bed cover. Harga beragam produk itu berkisar antara Rp 5.000 dan Rp 1,1 juta. Rentang harga pakaian lurik Rp 200.000-Rp 300.000 per potong. Bidikan utama Lawe adalah masyarakat kelas menengah ke atas.

Kelompok usaha bersama abdi dalem Keraton di Kota Gede juga tertarik menggalakkan usaha kecil pembuatan pakaian tradisional dari kain lurik. Mereka memanfaatkan motif kain lurik tradisional yang didominasi warna hitam, cokelat, dan putih. Menurut salah satu anggotanya, Budi Raharjo, setiap orang bisa menyelesaikan dua pakaian lurik per hari yang dijual Rp 120.000 per potong.

Pangsa pasar kain lurik pun terbuka luas. Tak hanya Yogyakarta, beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Denpasar, juga meminati kain lurik. Menurut Direktur Kerajinan Lawe Fitria Werdiningsih , Lawe juga telah mengembangkan pemasaran kain lurik dengan mulai merintis ekspor dengan pengiriman sampel produk ke Belgia dan Australia.(Galeriukm).

Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2009/11/19/2019053/kerajinan.kain.lurik.berkembang.pesat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar